Tahap Keemasan untuk BUMN Inhan Indonesia

loading…

KABAR menggembirakan untuk industri dirgantara Tanah Air tersuguh di sela Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024, awal September lalu. Apa itu? PT Dirgantara Indonesia (DI) berhasil mengamankan penjualan pesawat terbarunya, N219 Nurtanio, sebanyak lima unit dari pemerintah Republik Demokratik Kongo. Transaksi melibatkan perusahaan milik konglomerat Setiawan Djodi, Setdco Group.

baca juga: Optimasi Industri Pertahanan Nasional Indonesia

Penandatanganan kontrak jual beli yang bertempat di BICC The Westin Bali Resort, Nusa Dua, Bali (3/9) dilakukan Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan dan Setiawan Djody sebagai CEO Setdco Group. Turut menyaksikan prosesi itu, Menteri PPN RI/Bappenas Suharso Monoarfa dan Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti.

Masih di bulan September, PTDI kembali meraih komitmen penjualan dua unit N219 dengan perusahaan nasional, PT Indo Aviasi Perkasa. Transaksi ini diraih di sela even Bali International Air Show (BIAS) 2024 yang digelar di Bandara Ngurah Rai Bali. Dokumen Letter of Intent (LoI) kesepakatan itu ditandatangani Gita Amperiawan dengan CEO PT Indo Aviasi Perkasa, Septo Adjie Sudiro. Rencananya, pesawat akan dimanfaatkan untuk mendukung program Transformasi Ekonomi Kepulauan Riau.

Untuk transaksi ke Kongo, jika ditelusuri, Afrika merupakan pasar tradisional bagi PTDI. Sebelumnya, sejumlah negara di Benua Hitam itu telah mengoperasikan pesawat karya anak bangsa, terutama CN234 dan NC212, di antaranya Senegal, Pantai Gading, Burkina Faso, dan Guinea. Pesawat dimanfaatkan bukan hanya untuk kepentingan militer, tapi juga transportasi sipil.

Dalam perspektif PTDI, Afrika merupakan pasar potensial untuk pertumbuhan industri aviasi yang harus dimanfaatkan. Mengapa? Menurut CEO PT DI Gita Amperiawan, Afrika memiliki kebutuhan signifikan terhadap pesawat-pesawat regional yang memiliki kapasitas beroperasi di bandara-bandara dengan infrastruktur belum optimal. Pesawat N219 bisa menjawab kebutuhan itu karena didesain khusus untuk penerbangan perintis di medan sulit.

MEMBACA  Keunggulan tirzepatide milik Lilly dibandingkan dengan plasebo untuk penyelesaian MASH, dan lebih dari setengah pasien mencapai perbaikan dalam fibrosis pada 52 minggu

Transaksi penjualan yang berhasil dicatatkan PTDI menjadi indikasi masa depan cerah perusahaan plat merah tersebut. Sebelumnya, kinerja positif dari sisi marketing juga dicapai ajang Singapore Airshow 2024. Bersama Indo Pacific Resources, perusahaan asal Malaysia, PTDI menandatangani Letter of Intent (LoI) pembelian sebanyak 23 unit helikopter angkut medium class, dengan end user di sebuah negara di Asia Tenggara.

Pada awal 2024, PTDI juga meraih kontrak pengadaan empat unit pesawat multiperan CN235-220 dari Allied Aeronautics Limited (AAL), perusahaan lokal di Nigeria untuk end user angkatan darat. Selain untuk ekspor, PTDI juga berhasil memanen pemesanan domestik untuk produk N219, NC212i. Hingga kini CN235-220 tetap menjadi andalan PTDI, termasuk untuk memenuhi kontrak tiga unit pesawat senilai USD85 juta dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Dijadwalkan, pesawat tersebut sudah mulai dikirim pada 2026.

Sukses meraih sejumlah transaksi selama 2024 ini melambungkan optimisme perseroan bisa mendapatkan pendapatan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Untuk tahun 2024, anggota holding BUMN industri pertahanan (inhan) ini menargetkan pendapatan mencapai Rp3,7 triliun atau meningkat 19% dari prognosa penjualan sepanjang tahun 2023. PTDI juga optimistis bisa mencetak laba bersih Rp24 miliar.

baca juga: Industri Pertahanan Swasta Aset Strategis Bangsa