Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, telah memperpanjang status siaga darurat wabah malaria yang sedang berlangsung hingga Februari 2026.
“Status siaga darurat untuk wabah malaria diperpanjang, berlaku dari September 2025 sampai Februari 2026, karena jumlah kasus yang tetap tinggi,” kata Penjabat Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong, Moh Rivai, pada Sabtu.
Menurut data dari Dinas Kesehatan setempat, jumlah kasus malaria masih tetap 160 dan tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan, mendorong pemerintah setempat untuk menerapkan tindakan konkret guna menangani situasi ini.
Sebelumnya, status siaga darurat ditetapkan selama 30 hari, dari 14 Agustus hingga 12 September, melalui keputusan yang dikeluarkan oleh Bupati Parigi Moutong.
“BPBD, bersama beberapa instansi terkait dalam satgas penanganan malaria, telah melakukan berbagai upaya, termasuk menyebarluaskan informasi tentang pencegahan dan pengobatan di daerah terdampak,” tambah Rivai.
Kecamatan dengan prevalensi malaria tertinggi meliputi Moutong, Bolano Lambunu, Taopa, Kasimbar, dan Sausu.
Untuk membatasi penularan lebih lanjut, pemerintah melakukan screening kesehatan bagi warga di kecamatan-kecamatan tersebut.
“Tracing kasus oleh Dinas Kesehatan adalah langkah strategis yang harus dijalankan untuk mencegah penyebaran malaria ke daerah lain,” tegas Rivai.
Parigi Moutong sebelumnya pernah menerima status eliminasi malaria dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2024, yang mengakui keberhasilannya dalam mengendalikan penyakit tersebut. Namun, kenaikan tajam kasus tahun ini menuat perhatian serius.
“Dinas Kesehatan melaporkan bahwa kasus awal berasal dari area pertambangan di Moutong. Kami mendorong warga agar tidak ragu untuk mencari pertolongan medis di puskesmas atau fasilitas kesehatan lain jika mengalami gejala malaria,” kata Rivai.
Penerjemah: Mohamad Ridwan, Raka Adji
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025