Soroti Boikot Trans7 Usai Penistaan Pondok Pesantren Lirboyo, DPD: Bukti Nyata Solidaritas Santri

Kamis, 16 Oktober 2025 – 06:10 WIB

Jakarta, VIVA – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Lia Istifhama, ikut menyoroti tagar #BoikotTrans7 yang viral di berbagai platform media sosial, terutama X (dulu Twitter). Hal ini terjadi karena tayangan dan narasi voice over yang dituduh melecehkan Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo di Kediri, Jawa Timur.

Kata Lia, ada dua hal besar yang tergambar, di antaranya aksi boikot ini adalah bukti nyata kekuatan modal sosial para santri. Menurut dia, gelombang dukungan yang mengalir untuk Ponpes Lirboyo dan kecaman terhadap tayangan tersebut, merupakan bentuk solidaritas nyata dari kalangan santri.

“Kita harus akui bahwa gelombang dukungan yang mengalir deras untuk Ponpes Lirboyo dan sebaliknya, kecaman keras kepada tayangan provokatif yang membuat stereotip negatif pada lingkungan pesantren, itu merupakan bukti nyata kekuatan modal sosial santri,” kata Lia melalui keterangannya pada Rabu, 15 Oktober 2025.

Senator asal Jawa Timur ini mengatakan modal santri begitu tinggi sebagai sebuah fakta yang harus dibanggakan bersama. Pasalnya, besarnya kekuatan santri itu juga merujuk pada penguat sumber daya manusia (SDM) bangsa ini.

“Mengapa modal sosial santri begitu tinggi? Itu berarti didikan ilmu, akhlak, dan semangat hablum minannas atau solidaritas sosial mereka telah berhasil ditempa oleh para kiai, gus, atau ustadz yang mendidiknya di dalam lingkungan pesantren,” ujarnya.

Selain itu, Lia mengatakan kekuatan santri ini merupakan angin segar menjelang peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2025. Untuk itu, ia menyebut ini membuktikan bahwa santri adalah wujud nyata anak bangsa yang sehat akal pikiran, tangguh dan kuat secara mental, serta cerdas dalam mengikuti perkembangan zaman.

MEMBACA  PGRI meminta perhatian yang sama untuk sekolah negeri dan swasta

“Potret kekompakan santri menjaga marwah kiai dan pesantren, adalah angin segar, oase, menjelang Hari Santri Nasional. Terbukti, mereka mampu mengisi suara digital, suara-suara netizen, sebagai suara positif bahwa dunia pesantren adalah peradaban Indonesia, jadi harus selalu dijaga keberlanjutannya,” tegas Lia.

Selanjutnya, Lia menilai dukungan kepada lingkungan Pondok Pesantren menunjukkan identitas Indonesia sebagai negara yang humanis dan religius. Ia berpandangan Indonesia mampu berdiri sebagai negara dengan kekuatan aksi-aksi kemanusiaan, kepedulian, dan menolak framing negatif yang membuat kegaduhan dan merusak nilai-nilai sosial.

“Saat suara-suara santri menyatu menjadi gelombang besar yang tak terbendung, maka di sinilah identitas Indonesia sebagai negara humanisme religius, tak terbantahkan. Indonesia merupakan negara yang santun dan menghormati nilai-nilai agama,” imbuhnya.