Jakarta (ANTARA) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi memperingatkan bahwa situasi darurat pasca bencana dapat meningkatkan resiko kekerasan berbasis gender (KBG) dan eksploitasi anak, termasuk kemungkinan terjadinya pekerja anak atau perdagangan orang.
“Untuk mengantisiapasi hal ini, kami telah mengaktifkan layanan pengaduan cepat melalui Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 dan mengerahkan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak di wilayah terdampak,” ujarnya saat mengunjungi posko pengungsian pasca kebakaran di Pengadegan Timur, Jakarta Selatan, pada Senin.
Selain memastikan perlindungan bagi kelompok rentan, pihaknya juga memantau kondisi terkini di lapangan.
Menurut data awal dari posko pengungsian, sebanyak 31 kepala keluarga, atau 98 orang, terdampak kebakaran.
Dari jumlah tersebut, 32 diantaranya adalah perempuan dewasa dan 32 anak-anak, termasuk dua balita.
Fauzi menyampaikan harapan agar seluruh warga yang terdampak dapat pulih dengan cepat dan menemukan solusi terbaik untuk kembali menata kehidupan mereka.
“Kami akan terus mendukung anak-anak dan perempuan untuk pulih secara fisik maupun psikis. Kami berharap para korban diberi kekuatan, kesabaran, dan kesehatan yang baik agar dapat segera beraktifitas normal kembali,” ucap Menteri tersebut.
Selain itu, Pusat Pemberdayaan Anak, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP) DKI Jakarta juga memberikan dukungan psikososial kepada anak-anak di pos pengungsian.
Salah seorang konselor, Dimas Astu Arimurti, mengatakan bahwa pihaknya mengadakan kegiatan sederhana sebagai perkenalan awal dengan anak-anak di posko pengungsian, melalui permainan dan mewarnai.
Menurut dia, kegiatan ini diharapkan dapat membantu anak-anak yang terdampak mendapatkan kembali rasa tenang dan nyaman setelah mengalami kejadian kebakaran.
“Apabila diperlukan, kami berencana untuk kembali dalam beberapa hari ke depannya guna memberikan sesi trauma healing lanjutan dengan materi berbeda, yang disesuaikan dengan kondisi anak-anak dan ibu di lokasi pengungsian. Saat ini masih ada satu anak yang mengalami syok akibat kebakaran,” jelas Arimurti.