Singapura tertarik untuk berinvestasi di ibu kota baru Indonesia, Nusantara, kata Menteri Investasi Rosan Roeslani. “Saya baru saja kembali dari Singapura di mana saya kebetulan bertemu dengan Sembcorp. Mereka ingin berinvestasi di panel surya,” ujarnya di sini pada hari Selasa. Secara khusus, perusahaan energi dan pengembangan perkotaan milik negara Singapura tersebut tertarik untuk membangun sel surya senilai sekitar US$60 juta dengan kapasitas sekitar 5 hingga 6 megawatt, katanya. Institusi lain yang disebut Raffles Education Center juga tertarik untuk berinvestasi di Nusantara, katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Selama kunjungannya ke Singapura, Roeslani mengungkapkan kejutannya atas sambutan hangat yang diterimanya dari Perdana Menteri Lawrence Wong. “Saya disambut langsung oleh Perdana Menteri. Saya berada di sana selama tiga hari, dan setiap hari sangat sibuk karena Singapura merupakan investor terbesar Indonesia selama 10 tahun berturut-turut,” katanya. “Jadi wajar bagi saya untuk datang ke sana untuk mengumpulkan informasi tentang minat dan preferensi mereka (bisnis), terutama di masa depan,” tambahnya. Berdasarkan Rencana Induk Nusantara, yang telah diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara, Indonesia menargetkan untuk menjadi salah satu dari lima ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2045. Target ini dikejar melalui empat pilar utama Visi Indonesia 2045 – pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pembangunan yang merata, dan penguatan ketahanan nasional dan tata kelola. Ibu kota negara dipindahkan sebagai bagian dari strategi untuk mewujudkan target ekonomi Indonesia 2045 melalui percepatan pembangunan di bagian timur negara. Disunting oleh INE Berita terkait: Investasi signifikan RI di Afrika menandakan masa depan yang menjanjikan: pemerintah Berita terkait: Menteri Roeslani diminta fokus membawa investasi asing ke IKN Berita terkait: Perlu meningkatkan kerja sama dengan dunia bisnis: menteri Translator: Aji Cakti, Yashinta Difa Editor: Guido Merung Hak cipta © ANTARA 2024