loading…
Kementerian Koperasi (Kemenkop) bersama PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait pengembangan ekosistem biomassa berbasis masyarakat melalui koperasi. FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA – Kementerian Koperasi dan PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) telah tandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk mengembangkan ekosistem biomassa yang berbasis masyarakat lewat koperasi. Penandatangan ini adalah bentuk dukungan Kemenkop untuk program transisi energi bersih dan mencapai target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
Penandatangan MoU antara Kemenkop dan PLN EPI dilakukan oleh Deputi Bidang Pengawasan Koperasi Herbert H.O. Siagian dan Direktur Biomassa PLN EPI, Hokkop Situngkir di kantor Kemenkop, Jumat (21/11) lalu.
Herbert menegaskan bahwa kerja sama ini adalah momen penting untuk memperkuat peranan koperasi dalam rantai pasokan energi terbarukan, khususnya untuk bahan baku biomassa. Bahan baku ini nantinya akan dipasok oleh berbagai koperasi ke PLN EPI. Menurut dia, peran koperasi punya potensi besar untuk menjadi pengumpul bagi produk-produk biomassa yang diproduksi masyarakat, terutama di desa-desa.
“Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat ekosistem energi terbarukan di Indonesia sebagai bagian dari transisi energi bersih, sesuai dengan target Pemerintah jangka menengah-panjang yang ada di berbagai dokumen nasional,” kata Herbert dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (23/11/2025).
Menurut Herbert, bahan baku biomassa yang merupakan kebutuhan utama PLN EPI bisa didukung oleh Koperasi untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan pasokannya. Keberadaan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih sangat sejalan dengan target PLN EPI karena Kopdes/Kel Merah Putih tersebar di seluruh Indonesia sampai ke pelosok. “Kalau kerja sama ini terwujud, ini bisa jadi jaminan awal untuk stabilitas pasokan energi biomassa,” tegasnya.
Herbert juga menekankan bahwa biomassa bukan cuma sekadar energi, tapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat desa. Selama ini, beberapa komoditas yang seharusnya bisa jadi bahan baku biomassa malah tidak dioptimalkan dan bahkan dibuang begitu saja. Dengan sinergi ini, produk bahan baku biomassa yang awalnya tidak berharga bisa menjadi barang yang punya nilai ekonomis.