Potensi hujan es pada musim peralihan dari kemarau ke hujan diprediksi akan melanda Kota Semarang, Jawa Tengah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang mengeluarkan peringatan tersebut setelah kejadian serupa terjadi di Solo. Menurut prakirawan cuaca BMKG Semarang Winda Ratri, fenomena cuaca ekstrem, termasuk hujan es, angin puting beliung, dan hujan deras yang disertai petir serta angin kencang, berpeluang terjadi terutama saat masa transisi musim. Dia menjelaskan wilayah yang belum memasuki musim hujan, seperti Kota Semarang dan sekitarnya, masih berpotensi mengalami hujan es. Fenomena ini dipicu oleh pola konveksi atmosfer lokal dan regional yang cukup signifikan. “Hujan es terbentuk dari awan Cumulonimbus (Cb), yang biasanya muncul karena kondisi udara yang tidak stabil. Awan ini memiliki ketinggian yang cukup besar, sehingga memungkinkan terbentuknya butiran es dengan ukuran yang cukup besar,” ungkap Winda, Kamis (24/10). Lebih lanjut, Winda menjelaskan bahwa dalam awan Cumulonimbus terdapat tiga jenis partikel, butiran air, air super dingin, dan partikel es. Pergerakan massa udara yang kuat, baik naik maupun turun (strong updraft dan downdraft), turut mempengaruhi pembentukan es tersebut. Uap air yang terbawa ke lapisan udara yang lebih dingin kemudian membeku menjadi es.