Sertifikat Memori Dunia untuk naskah ‘Tambo Tuanku Imam Bonjol’

Jakarta (ANTARA) – Naskah “Tambo Tuanku Imam Bonjol” resmi diinduksi ke dalam daftar Memory of the World (MoW) untuk Asia dan Pasifik, demikian pernyataan dari Perpustakaan Nasional yang dirilis di sini pada hari Kamis.

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto, menerima sertifikat yang menyatakan bahwa naskah ini telah dimasukkan dalam daftar MoW Asia dan Pasifik dari Memory of the World Regional Committee for Asia and the Pacific (MOWCAP) yang dipimpin oleh Kwibae Kim.

Penyerahan dilakukan di Ulaanbaatar, Mongolia, pada hari Rabu (8 Mei 2024).

“Naskah “Tambo Tuanku Imam Bonjol” adalah salah satu catatan otentik yang ditulis oleh seorang pribumi tentang Perang Paderi dan Sumatera Barat pada abad ke-19,” kata seorang pustakawan dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Aditia Gunawan, di sini pada hari Kamis.

Naskah ini diajukan oleh Perpusnas dan pemerintah provinsi Sumatera Barat. Naskah ini terpilih setelah pemungutan suara melibatkan perwakilan dari Australia dan Tuvalu, Bangladesh, China, Filipina, India, Malaysia, Mongolia, Uzbekistan, dan Vietnam.

Naskah ini ditulis oleh Naali Sutan Caniago, putra Tuanku Imam Bonjol, selama pengasingannya di Manado, Sulawesi Utara. Naskah ini mengisahkan peristiwa sejarah di Minangkabau pada abad ke-19 dan dianggap sebagai otobiografi Melayu modern pertama.

Selain itu, naskah ini memiliki relevansi sejarah yang signifikan bagi Indonesia sebelum kemerdekaan dan berfungsi sebagai catatan sejarah Minangkabau pada abad ke-19.

Selain itu, naskah ini menyajikan narasi global tentang gerakan Islam antara Timur Tengah dan Asia Tenggara pada abad ke-18 hingga ke-19.

“Naskah ini adalah referensi yang tidak tergantikan,” kata Gunawan.

Naskah “Tambo Tuanku Imam Bonjol” juga berisi refleksi pribadi Imam Bonjol tentang pengorbanan dan dampak dari perang 34 tahun tersebut.

MEMBACA  Investasi Reksa Dana Meningkat, Dana Kelolaan BRI-MI Tembus Rp 31,97 Triliun

Imam Bonjol juga menyatakan penyesalan yang mendalam dan bertanya apakah banyak aturan dalam Quran yang dilanggar selama perang tersebut.

“Dilahirkan pada tahun 1772 di Sumatera Barat, Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin Perang Paderi, salah satu perang terpanjang suku Minangkabau melawan kolonialisme Belanda dari tahun 1803–1837,” kata Gunawan.

Copyright © ANTARA 2024