Sabtu, 29 Maret 2025 – 21:10 WIB
VIVA – Militer Rusia diklaim tengah mempersiapkan serangan multi-front dalam beberapa pekan mendatang. Tindakan ini diklaim sebagai strategi untuk memperkuat posisi dalam kemungkinan perundingan damai dengan Ukraina.
Baca Juga :
Nyaris 1.000 Mayat Tentara Ukraina Dipulangkan ke Kiev
Informasi ini diungkap oleh seorang analis militer Ukraina dan dua sumber diplomatik dari negara G7, Sabtu 29 Maret 2025.
Kabar ini muncul setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memberi peringatan jika rezim Vladimir Putin akan menyerang Oblast (Provinsi) Sumy dan Kharkiv pada musim semi.
Baca Juga :
4 Orang Tewas, Rumah Juara Dunia Tenis Ukraina Dibom Drone Rusia
Tak hanya itu, analis Ukraina meyakini jika militer Ukraina diperintahkan untuk menggempur dan menduduki wilayah lainnya.
VIVA Militer: Pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF)
Baca Juga :
Houthi Yaman Ancam Gempur Dubai dan Abu Dhabi dengan Rudal
Tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan penawaran dalam proses kesepakatan damai yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).
Kremlin dituding Ukraina menolak gencatan senjata penuh selama 30 hari, yang perundingan yang dihadiri oleh delegasi Amerika dan Ukraina di Jedah, Arab Saudi, 11 Maret 2025 lalu.
Rusia hanya bersedia mengikuti kesepakatan gencatan senjata sebagian, terutama pada serangan terhadap fasilitas energi dan di Laut Hitam.
“Saya dapat mengonfirmasi bahwa Putin tengah berupaya mendapatkan waktu dan tengah mempersiapkan serangan musim semi,” ucap Zelensky.
VIVA Militer: Truk militer Rusia
“Kami melihat persiapan untuk operasi mendatang ini,” dikutip VIVA Militer dari The Kyiv Independent.
Kiev juga menyebut bahwa Kremlin dengan sengaja menunda perundingan damai, untuk memberi waktu bagi pasukannya untuk merebut lebih banyak wilayah.
Analis pertahanan dan mantan anggota militer Ukraina, Mayor (Purn.) Oleksii Hetman, memprediksi jika operasi ofensif militer kemungkinan berlangsung antara enam dan sembilan bulan mendatang.
Halaman Selanjutnya
Rusia hanya bersedia mengikuti kesepakatan gencatan senjata sebagian, terutama pada serangan terhadap fasilitas energi dan di Laut Hitam.