Indonesia’s middle class shrank due to a decline in the performance of the country’s manufacturing sector.Jakarta (ANTARA) – Penurunan jumlah kelas menengah bukan hanya masalah di Indonesia tetapi juga di banyak negara di seluruh dunia, menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi).
\”Ini adalah masalah yang terjadi di hampir semua negara karena ekonomi global melambat,\” ujar presiden di sini pada Jumat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa fenomena tersebut bukan hanya dipicu oleh perlambatan ekonomi global tetapi juga dampak pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama dua hingga tiga tahun terakhir.
Presiden menunjukkan bahwa krisis itu telah menciptakan berbagai kesulitan ekonomi di beberapa negara.
\”Semua negara saat ini menghadapi tantangan yang sama,\” kata Jokowi.
Jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai kelas menengah di Indonesia telah turun sebanyak 9,48 juta dalam lima tahun terakhir, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada tahun 2019, populasi kelas menengah di Indonesia berjumlah 57,33 juta. Data lembaga tersebut menunjukkan bahwa jumlah tersebut telah turun menjadi 47,85 juta pada 2024.
Kelas menengah Indonesia menyusut karena penurunan kinerja sektor manufaktur negara.
Menanggapi isu ini, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengulang komitmen pemerintah dalam mengatasi isu kesejahteraan dengan berbagai kebijakan strategis.
Upaya-upaya ini termasuk penguatan sektor UMKM, peningkatan investasi di bidang pendidikan dan kesehatan, serta melakukan reformasi ekonomi untuk menciptakan peluang yang lebih luas bagi masyarakat.
Dengan langkah-langkah ini, pemerintah optimis dapat merangsang pertumbuhan ekonomi inklusif.
Berita terkait: Perlindungan sosial Indonesia mendukung miskin, kelas menengah: menteri
Berita terkait: Kelas menengah akan membentuk 84 persen populasi global pada tahun 2045
Penerjemah: Andi Firdaus, Rangga Pandu Asmara Jingga, Yashinta
Editor: Arie Novarina
Hak cipta © ANTARA 2024