Jakarta, VIVA – Presiden RI Prabowo Subianto bicara blak-blakan terkait sikap dan pandangannya terhadap pasar modal. Kepala Negara bahkan menyebut tidak terlalu takut dengan pasar modal.
Baca Juga :
Polemik RUU TNI Dikebut, Prabowo: Gak Ada Niat Mau Dwifungsi Lagi, Come On!
Momen ini terjadi dalam pertemuan eksklusif dengan 6 pemimpin redaksi media nasional di Hambalang. Prabowo mulanya menjawab pertanyaan dari Pemimpin Redaksi tvOne, Lalu Mara Satriawangsa terkait pasar modal yang berpotensi dibuka anjlok menyusul bursa di dunia yang juga anjlok usai pengumuman Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor kepada sejumlah negara di dunia.
Prabowo menjelaskan bahwa ia ingin memisah penjelasannya terkait pasar modal dan program tarif Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga :
Tarif Impor Naik hingga 32 Persen, Prabowo Siap Berunding dengan Amerika
“Pasar modal itu adalah pasar saham, dipengaruhi mekanisme pasar, kadang-kadang naik, kadang-kadang turun, ada siklus dan itu berjalan,” kata Prabowo memulai jawabannya seperti ditayangkan dalam program tvOne ‘Tanpa Sensor, Presiden Prabowo Bicara Kinerja’, Senin malam, 7 April 2025.
(Sumber: Media Sosial Presiden Prabowo Subianto)
Photo :
VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham
Baca Juga :
Siapkan Langkah Diplomasi Ekonomi, Prabowo Pimpin Rabat Terbatas di Istana
Ia menjelaskan bahwa investasi orang di pasar modal berbeda dengan investasi langsung seperti investasi membangun pabrik. Ia mencontohkan, investasi pengolahan bauksit, nikel hingga batu bara yang memiliki target keuntungan jangka panjang, bukan hanya untung secepatnya.
“Orang yang masuk pasar saham, dia itu cari untung secepat-cepatnya. Ini kalau kita bedakan dengan direct investment, bedanya adalah ini (pasar modal) cari untung cepat, kalau ini (investasi langsung) dia punya rencana, saya bikin pabrik, distribusi, marketing, (nah) ini untung saya, 5 tahun, 10 tahun, 30 tahun, jadi kita (perlu) bedakan,” katanya.
Terkait pasar modal, Prabowo pun menegaskan bahwa fundamental Indonesia kuat dan punya kekuatan untuk investasi. “Orang selalu bicara (heboh) kalau pasar saham jatuh, kalau pasar saham naik orang diam, ya kan,” kata Prabowo menjelaskan psikologi investor pasar modal.
“Waktu sempat beberapa hari yang lalu kan turun, (orang heboh) awuwuwuwuwuw. Ekonomi Indonesia kacau, gelap, Prabowo gagal, blablabla. Begitu beberapa hari naik lagi, diam ga ada yang komen,” jelasnya.
Sekarang, lanjut Prabowo, pasar saham di Amerika turun jauh sekali. “Tapi pandangannya trump oh enggak. ini iya (turun) tapi pada saatnya akan naik lagi, karena dia melakukan hal-hal yang dia anggap akan memperkuat ekonomi amerika. Ini jawaban saya soal pasar modal,” kata Prabowo.
Akhirnya Prabowo menyimpulkan bahwa dirinya sebagai Presiden tidak terlalu takut dengan dinamika pasar modal.
“Jadi makanya saya itu enggak terlalu takut sama pasar modal, karena Indonesia punya kekuatan, yang kita sadari. Kita jangan punya rasa rendah diri,” jelas Prabowo.
Prabowo Luruskan Pandangan Rakyat Indonesia soal Kekuatan dan Fundamental Ekonomi
Prabowo menyampaikan pikirannya bahwa sejumlah bangsa Indonesia dan elite juga masih seperti diprogram oleh kekuatan dari luar.
“Kita kayaknya diprogram, bangsa kita, elite kita juga, bahwa kita ini lemah, kita kalah, kita ini dijajah. Yang ini (negara) hebat, hebat, hebat. Lho kita ini (memang) utang besar (tapi) kalau dibandingkan dengan banyak negara, utang kita salah satunya secara perbandingan itu terkecil di dunia, hanya 4-5 negara lebih kecil dari kita,” tegas Prabowo.
Prabowo melanjutkan, inflasi Indonesia juga adalah yang terendah di dunia dan banyak negara lain ingin belajar dengan Indonesia bagaimana mengendalikan inflasi.
“Anda lihat inflasi Turki, 44 persen, dia udah hebat ini, dia turun dari 85 persen. Argentina 117 persen, dia juga udah turun dari 300 persen dia,” katanya.
Untuk itulah, Prabowo menegaskan bangsa Indonesia harusnya jangan terlalu takut bahwa dunia ini tidak baik-baik saja. Yang perlu dilakukan adalah mengoreksi diri bahwa selama 30 tahun ke belakang memang ada blunder atau kesalahan yang perlu diperbaiki. Tapi tentu saja, lanjut Prabowo, ini bukan tanggung jawab dari satu Presiden saja.
“Terus terang saja kita koreksi diri ya sebagai bangsa, selama 30 tahun ini, kita banyak melakukan blunder. Jangan salah siapa Presidennya, masak satu presiden bertanggung jawab atas semua, jadi (memang) banyak blunder,” demikian diakui Prabowo.
“Saya juga (mengatakan) hai para Teknokrat, hei para Profesor, hei para Guru Besar, kenapa kau tidak koreksi. kenapa kau tidak ingatkan pada saat dilakukan penyimpangan-penyimpangan, pada saat dilakukan blunder-blunder,” tuturnya.