Saham BRIN membagikan bukti pedagang rempah mengikuti jejak mangrove

Seorang peneliti di Pusat Riset dan Evaluasi Biosistematik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ary Prihardhyanto Keim, membagikan bukti ilmiah yang membuktikan bahwa jalur rempah berkembang di sepanjang hutan bakau.

“Sekitar 45 ribu tahun yang lalu, ada bukti berupa gambar dari Pulau Maros, Sulawesi Selatan, yang menunjukkan jejak migrasi orang dari Kalimantan ke Sulawesi,” ujar Keim dalam sebuah seminar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), di sini pada hari Selasa.

“Mereka berani berlayar karena mereka tahu ada hutan bakau. Jadi, jalur perdagangan rempah mengikuti jalur bakau. Setelah pola itu terbentuk, nenek moyang kita melakukan kegiatan perdagangan,” tambahnya.

Dia menjelaskan bahwa nenek moyang mendeteksi keberadaan hutan bakau dengan memperkirakan suhu laut.

“Nenek moyang kita sudah cerdas, mereka tahu bahwa selama laut masih hangat, akan ada bakau, dan selama ada bakau, mereka yakin pelayaran mereka akan aman karena ada banyak makanan dan juga obat di hutan bakau,” katanya.

Dia berpendapat bahwa seluruh peradaban Austronesia berasal dari daerah bakau, seperti terlihat dari kesamaan dalam cara pengucapan kata “bakau” di berbagai etnis di Asia, Oseania, dan sebagian Afrika.

“Semua bahasa Austronesia menyebut kata ‘bakau’ dengan kata yang mirip dengan kata ‘bakau.’ ‘Bakawan’ di Tagalog, Filipina; ‘makau-kau’ di Hawaii, Amerika Serikat; ‘honko’ di Madagaskar, Afrika Selatan,” katanya.

“Jadi, ada kesamaan dalam kata-kata dan pengucapan. ‘Bakau’ benar-benar termasuk dalam keluarga bahasa Austronesia,” tambahnya.

Dia juga menjelaskan bahwa beberapa spesies bakau tersebar di berbagai wilayah Austronesia, yang merupakan bukti kuat bahwa orang-orang dari kepulauan berlayar mengikuti distribusi bakau ini.

“Ada warna bakau yang menunjukkan spesiesnya, seperti stylosa (tangkai daun hijau), mucronata (bakau hitam), apiculata (bakau minyak), dan lain-lain,” katanya.

MEMBACA  Cathie Wood membeli saham teknologi yang merosot: Amazon, Meta, Tesla

“Kemudian, ketika ini dikumpulkan, dibandingkan dengan rute pengiriman orang-orang kepulauan, ada kesamaan. Ini berarti orang-orang kita berlayar mengikuti jalur bakau,” tambahnya.

Beberapa warna bakau bahkan terlihat pada kain, dan diyakini sebagai salah satu akar budaya batik, lanjut Keim.

“Ada kain dengan warna bakau yang secara logis batik. Batik juga ditemukan di Samoa, Amerika Serikat. Dari mana asalnya jika bukan dari kepulauan?” tanyanya.

“Dan untuk sampai ke sana, (orang dari kepulauan) berlayar menggunakan kapal. Jadi, nenek moyang kita semua adalah pelaut, seperti yang dinyanyikan bahwa nenek moyang kita adalah pelaut,” katanya.

Berita terkait: Indonesia dorong pengakuan UNESCO terhadap warisan jalur rempah

Berita terkait: RI meminta dukungan Malaysia untuk dorong warisan dunia jalur rempah

Translator: Lintang Budiyanti Prameswari, Katriana

Editor: Tia Mutiasari

Copyright © ANTARA 2024