Rupiah Mencapai Rp 17.000 per Dolar AS, Pengamat Ungkap Sederet Faktor Penekan

Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di non-deliverable forward (NDF), dilaporkan telah menyentuh level Rp 17.200-an per dolar AS. Pantauan VIVA di pasar spot pada Senin, 7 April 2025 sekitar pukul 10.30 WIB, Rupiah bahkan sempat berada di level Rp17.276 per Dolar AS.

Saat ditanyai tentang kondisi Rupiah tersebut, Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, sebenarnya secara fundamental sentimen-sentimen yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS hampir sama dengan sentimen bagi IHSG dan bursa-bursa saham global. “Karena dampak dari perang dagang yang cukup luar biasa dahsyatnya. Bahkan hampir semua negara terkena dampaknya. Indonesia pun juga masuk ya (pengenaan tarif oleh AS sebesar) 32 persen,” kata Ibrahim saat dihubungi VIVA , Senin, 7 April 2025.

Sentimen global lain yang diakui Ibrahim turut berperan dalam menjadi penekan kurs Rupiah terhadap Dolar AS yakni ekskalasi konflik di Timur Tengah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Hal itu bahkan masih ditambah lagi dengan dinamika adanya gelombang aksi massa oleh masyarakat AS sendiri, yang menolak berbagai kebijakan yang diambil oleh Donald Trump. “Kemudian masalah geopolitik di Timur Tengah, kemudian di Eropa, kemudian demonstrasi besar-besaran di semua negara bagian di AS yang menolak kebijakan-kebijakan Trump, yang melawan dengan pasar, ini cukup luar biasa,” ujar Ibrahim.

Tak hanya itu, Ibrahim juga menjelaskan bahwa sentimen lain yang turut mempengaruhi bursa saham dunia serta nilai tukar mata uang masing-masing negara terhadap Dolar AS, adalah terkait data tenaga kerja AS yang dikabarkan meningkat dengan cukup signifikan. Sehingga, lanjut Ibrahim, hal-hal itu juga turut berkontribusi terhadap nilai tukar mata uang negara-negara di dunia terhadap Dolar AS, seiring dengan keyakinan pasar bahwa The Fed bakal menahan suku bunga tinggi hingga perang dagang berakhir. “Di sisi lain pun, data tenaga kerja di Amerika Serikat yang meningkat cukup signifikan, dan Bank Sentral Amerika yang kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tinggi sampai perang dagang benar-benar usai,” kata Ibrahim. “Artinya apa? Bahwa dampak bagi global ini cukup luar biasa sehingga berpengaruh terhadap Rupiah dan mata uang lainnya secara global, baik di Eropa, Asia, dan bahkan di Indonesia,” ujarnya.

MEMBACA  21 Unit Damkar Dikerahkan untuk Kebakaran di Manggarai

Halaman Selanjutnya

Tak hanya itu, Ibrahim juga menjelaskan bahwa sentimen lain yang turut mempengaruhi bursa saham dunia serta nilai tukar mata uang masing-masing negara terhadap Dolar AS, adalah terkait data tenaga kerja AS yang dikabarkan meningkat dengan cukup signifikan.