Ada tiga tahun lagi hingga Olimpiade Musim Panas Los Angeles 2028, tetapi Indonesia tidak menyia-nyiakan waktu untuk memulai persiapan atlet dengan harapan meningkatkan jumlah medali. Pada Olimpiade Musim Panas 2024 di Paris, Indonesia berhasil meraih tiga medali: satu emas dari panjat tebing, satu emas dari angkat besi, dan satu perunggu dari bulu tangkis. Fakta bahwa Indonesia berhasil meraih beberapa medali dalam acara bulu tangkis Olimpiade. Di Paris tahun lalu, Gregoria Mariska Tunjung memenangkan medali pertama untuk Indonesia dalam acara tunggal bulu tangkis putri. Ketika datang ke pencapaian atlet, tidak hanya usaha mereka sendiri yang penting, tingkat dorongan dan dukungan yang diberikan kepada mereka selama kompetisi juga dapat berpengaruh besar pada kinerja mereka.
Dalam hal ini, ilmu olahraga dapat memainkan peran penting. Hal ini cukup terlihat dalam kinerja tim ad hoc Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), termasuk Tunjung, di Olimpiade Musim Panas Paris 2024. Ilmu olahraga menggabungkan fisiologi, psikologi, dan ilmu gizi untuk memastikan pengembangan terus-menerus kinerja fisik, psikologis, teknis, dan taktis atlet, berdasarkan kebutuhan mereka, sehingga mereka bisa unggul dalam bidang mereka.
Pendekatan terukur, terintegrasi
Penerapan ilmu olahraga semakin relevan di tengah persaingan ketat yang dihadapi oleh atlet dunia dan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, hal ini harus diperhatikan secara khusus. Indonesia telah menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan ilmu olahraga untuk mendukung kinerja atlet junior dan elitnya dalam bulu tangkis, olahraga andalannya di Olimpiade melalui beberapa langkah.
Salah satunya adalah peluncuran platform “PBSI Sport Science Analytics” pada awal 2025. Platform tersebut berfungsi sebagai database yang memetakan kondisi atlet dan mencatat peristiwa terkait kesehatan, kebugaran, dan cedera mereka. Platform ini juga menggabungkan rekomendasi intervensi dan program pengembangan dari tim pendukung, termasuk tim medis, fisioterapi, dan gizi. Fitur utama platform tersebut adalah input data terintegrasi, buku catatan, dan perbandingan atlet.
Pada tahap pengembangan berikutnya, platform tersebut akan menghubungkan informasi dari tim pendukung dengan pengguna, seperti pelatih teknis, pelatih fisik, fisioterapis, dokter, dan ahli gizi. Platform juga akan mencatat bagaimana intervensi dilakukan dan dampaknya terhadap kinerja atlet. “Ini adalah upaya untuk mempersiapkan dan memfasilitasi atlet mencapai prestasi tertinggi di Olimpiade Los Angeles 2028. Dengan platform ini, program pelatihan dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing atlet,” kata Ketua Umum PBSI M. Fadil Imran.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran kondisi awal atlet, yang akan menjadi dasar pengembangan database di masa depan. Atlet yang saat ini berlatih di pusat pelatihan nasional sedang menjalani serangkaian pemeriksaan untuk persiapan profil medis umum mereka hingga profil antropometri. Ini termasuk profil kebutuhan nutrisi, profil kebugaran dan tingkat kelelahan, kemampuan biomotor, dan penapisan aspek fisioterapi untuk mencatat riwayat cedera, rentang gerak sendi, otot, dan kontraksi otot maksimal.
Koordinator tim pendukung PBSI, Nanang Kusuma, mengatakan bahwa platform memungkinkan semua data dan informasi terintegrasi ke dalam satu tempat untuk mendukung penyusunan rencana latihan yang lebih akurat. Pada tahap berikutnya, penapisan psikologis akan menjadi dasar untuk memberikan pelatihan mental. Selain itu, penapisan kinerja teknis juga telah disiapkan untuk menentukan secara kuantitatif kesalahan teknis atau kesalahan yang dilakukan.
Langkah terakhir akan menjadi peningkatan perangkat lunak untuk menentukan strategi untuk setiap pertandingan. Hal ini akan dilakukan dengan menggunakan algoritma kecerdasan buatan (AI).
Program jangka panjang
Idealnya, penerapan ilmu olahraga perlu dilakukan sejak dini, tanpa harus menunggu atlet muda atau junior bergabung dengan pusat pelatihan nasional. Menurut Kusuma, ilmu olahraga, yang digunakan untuk memantau dan menemukan formula yang tepat untuk atlet, juga bertujuan untuk melacak kinerja pelatih teknis, pelatih fisik, dan tim pendukung dalam mengembangkan program berbasis data. “Selain menjadi dasar atau standar awal dari segi medis, teknis, dan aspek lain, itu (data yang terkumpul) dapat menjadi tolok ukur bagi administrator regional sehingga dasar bagi atlet di pusat pelatihan nasional dapat direkam dengan baik,” jelasnya. “Standar referensi untuk kondisi fisik, teknis, dan kondisi lainnya akan jelas,” tambahnya.
Kepala divisi pengembangan dan pencapaian Pusat Pelatihan Nasional PBSI, Eng Hian, mencatat bahwa ilmu olahraga juga dapat menjadi sarana untuk mengevaluasi perkembangan atlet bulu tangkis dari berbagai aspek dan dukungan dari pelatih dan ahli terkait. “Diharapkan menjadi program berkelanjutan untuk mendorong pencapaian atlet. Dengan semangat kolektif, kami ingin PBSI menciptakan juara bulu tangkis,” katanya.
Dengan manfaat yang ditawarkannya, ilmu olahraga telah meningkatkan harapan agar bulu tangkis terus menjadi kontributor utama medali bagi Indonesia di Olimpiade.