Resesi Seks Semakin Memburuk, Populasi Jepang Turun 900 Ribu—Jumlah Warga Asing Meningkat

Jumat, 8 Agustus 2025 – 05:26 WIB

Tokyo, VIVA – Jepang kembali mencatat penurunan jumlah penduduk, melanjutkan tren yang sudah berlangsung selama 16 tahun berturut-turut.

Kementerian Dalam Negeri Jepang melaporkan bahwa hingga 1 Januari 2025, jumlah penduduk Jepang turun sekitar 554.500 orang (0,44%) dibanding tahun sebelumnya, menjadi total 124,33 juta jiwa.

Dari angka tersebut, warga Jepang tercatat 120,65 juta, turun drastis sebanyak 908.600 orang (0,75%). Ini merupakan penurunan tahunan terbesar sejak pemerintah mulai mencatat data populasi pada 1968.

Penurunan ini memperpanjang tren menyusutnya jumlah warga Jepang sejak populasi mencapai puncak lebih dari 127 juta pada 2009.

Sebaliknya, jumlah warga asing di Jepang justru melonjak. Tercatat 3,68 juta orang asing tinggal di Negeri Sakura, naik sekitar 354.100 dari tahun sebelumnya. Angka ini tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2013.

Secara geografis, Tokyo tetap menjadi wilayah dengan populasi terbanyak (14 juta jiwa), diikuti Kanagawa (9,2 juta) dan Osaka (8,8 juta). Sementara itu, Tottori jadi prefektur dengan penduduk paling sedikit (534.000), disusul Shimane (642.600) dan Kochi (665.000).

Menariknya, hanya Tokyo dan Chiba yang mencatat pertumbuhan populasi, sementara 45 prefektur lainnya mengalami penurunan.

Fenomena resesi seks di Jepang jadi tantangan serius bagi pemerintah dalam upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial di tengah krisis demografi.

Survei Raison d’Etre di Tokyo menemukan bahwa lebih dari 68% pasangan suami-istri di Jepang tidak melakukan kontak seksual.

Faktor ekonomi disebut sebagai pemicu utama. Biaya hidup mahal dan budaya kerja yang ekstrem membuat anak muda enggan menikah dan punya anak karena harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga.

[Halaman Selanjutnya]

MEMBACA  Kemenangan Dramatis atas Thailand, Australia Juara Piala AFF U-16