Rekor Suhu Terpanas di Dunia pada Senin 22 Juli 2024

Kamis, 25 Juli 2024 – 08:44 WIB

Uni Eropa – Dunia kembali mencatat rekor hari terpanasnya pada hari Senin, 22 Juli, menurut data awal dari badan pemantau Uni Eropa.

Baca Juga :

BPJS Ketenagakerjan dan Dirjen Dukcapil Sepakat Manfaatkan Layanan IKD

Ketika gelombang panas melanda seluruh dunia dan kebakaran hutan melanda sebagian Mediterania, Rusia dan Kanada, suhu udara permukaan rata-rata global naik menjadi 17,15 derajat Celcius (62,87 derajat Fahrenheit) pada hari Senin.

Baca Juga :

OJK Wanti-wanti Masyarakat Hati-hati Beli Minyak Goreng Murah yang Pakai Syarat Foto dengan KTP

Suhu tersebut 0,06 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan panas pada hari Minggu, 21 Juli 2024, menurut Copernicus Climate Change Service Uni Eropa, yang memantau data tersebut sejak tahun 1940. Hal ini termasuk suhu di Belahan Bumi Selatan yang saat ini sedang memasuki musim dingin, sehingga menurunkan rata-rata suhu global.

Baca Juga :

Unit 42 Endus Ada Ancaman di Olimpiade Paris

Melansir dari The Sundaily, Kamis, 25 Juli 2024, para ilmuwan mengatakan ada kemungkinan bahwa hari Selasa atau Rabu minggu ini dapat kembali melampaui rekor hari Senin, karena puncak suhu umumnya terjadi secara berkelompok. Rekor hari panas terakhir terjadi pada bulan Juli 2023, ketika puncak harian terjadi selama empat hari berturut-turut sejak 3 hingga 6 Juli. Sebelumnya, rekor tersebut terjadi pada bulan Agustus 2016. Hal yang membuat rekor tahun ini tidak biasa adalah bahwa tidak seperti tahun 2023 dan 2016, dunia pada bulan April beralih dari pola iklim El Nino yang umumnya meningkatkan suhu global karena air yang lebih hangat dari biasanya di Pasifik Timur. Karsten Haustein, ilmuwan iklim di Universitas Leipzig di Jerman, mengatakan bahwa sungguh luar biasa bahwa rekor tersebut kembali terpecahkan saat dunia sudah memasuki fase “netral” dari El Nino-Southern Oscillation.

MEMBACA  Paus Fransiskus akan mengunjungi Indonesia pada 3 September: Menteri Agama

Gelombang Cuaca Luar Biasa Panas Melanda Asia Selatan dan Tenggara

Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh perubahan iklim, yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, dalam meningkatkan suhu global. “Senin yang lalu mungkin telah mencetak rekor global baru untuk suhu rata-rata global absolut terpanas yang pernah ada, maksud saya sejak puluhan ribu tahun yang lalu,” kata Haustein.

Halaman Selanjutnya

Hal yang membuat rekor tahun ini tidak biasa adalah bahwa tidak seperti tahun 2023 dan 2016, dunia pada bulan April beralih dari pola iklim El Nino yang umumnya meningkatkan suhu global karena air yang lebih hangat dari biasanya di Pasifik Timur.