Pusat Bahasa Maluku Genjot Gerakan Generasi Poliglot

Ambon (ANTARA) – Balai Bahasa Provinsi Maluku (BBPM) sedang mengintensifkan Gerakan Generasi Poliglot untuk mencegah kepunahan bahasa daerah dan memperkuat identitas budaya masyarakat Maluku.

Langkah ini diambil setelah BBPM menemukan bahwa tiga bahasa daerah di Maluku telah punah dan sebagian besar lainnya masuk kategori terancam punah atau kritis,” ujar Kepala BBPM, Kity Karenisa, di Ambon, Senin.

Pernyataan itu dia sampaikan dalam rapat kerja legislatif mengenai inventarisasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Melalui gerakan ini, BBPM berupaya mencetak generasi yang bukan hanya lancar berbahasa Indonesia dan asing, tetapi juga mengakar kuat pada bahasa daerahnya.

Upaya itu diwujudkan lewat berbagai program revitalisasi, mulai dari pendokumentasian bahasa yang terancam, pelatihan untuk guru dan komunitas adat, hingga pengembangan bahan ajar yang memudahkan anak-anak mempelajari kembali bahasanya.

Di sekolah, gerakan mendorong pembelajaran yang memberi ruang bagi bahasa daerah untuk menguatkan literasi dasar, sementara di keluarga dan masyarakat, orang diajak kembali menggunakan bahasa daerah sebagai identitas budaya.

Sosialisasi, lokakarya, festival bahasa, dan kampanye pelestarian bahasa dilakukan terus-menerus untuk membangun kebanggaan kolektif terhadap bahasa daerah.

Dia mengatakan, berdasarkan data BBPM 2024, tiga dari 71 bahasa daerah di Maluku kini punah, yaitu Hoti, Kalely (Kayeli), dan Piru.

“Jika tidak ada tindakan serius, Maluku bisa kehilangan lebih banyak lagi bahasa daerah,” katanya.

Meski kajian komprehensif tentang vitalitas bahasa belum dilakukan, indikasi lapangan menunjukkan mayoritas bahasa daerah berstatus terancam atau kritis.

Dia menjelaskan, bahasa yang hanya dipakai oleh kelompok usia 20-an tahun tergolong terancam, sedangkan yang penuturnya hanya usia 40 tahun ke atas masuk kategori kritis. Hal ini menandakan vitalitas kebahasaan Maluku butuh perhatian serius.

MEMBACA  Perguruan Tinggi dengan Magister Bisnis Terbaik di Dunia Menurut QS 2026

Karenisa juga menyoroti fenomena pergeseran bahasa yang terjadi di berbagai komunitas adat. Sementara Bahasa Melayu Ambon relatif aman karena berkembang sebagai lingua franca selama perdagangan, banyak bahasa ibu justru melemah hingga punah.

Karena itu, inisiatif ini bertujuan membangun generasi yang mampu secara global namun tetap berakar pada identitas budaya, agar bahasa daerah tidak hanya lestari tetapi juga hidup kembali dalam keseharian.

Berita terkait: Melestarikan warisan Papua melalui pendidikan bahasa daerah

Berita terkait: Pemerintah dukung nominasi aksara daerah sebagai warisan UNESCO

Berita terkait: Sekolah di Papua jadi benteng pelestarian bahasa ibu

Penerjemah: Ode Dedy Lion Abdul Azis, Cindy Frishanti Octavia
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025