Proyek industri baterai terpadu: Terobosan besar, kata Presiden

Karawang, Jawa Barat (ANTARA) – Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyatakan bahwa ekosistem industri baterai listrik terpadu merupakan kerja sama internasional yang sangat besar, terutama ditandai dengan kolaborasi bersama China.

“Kita bisa bekerja sama dalam program yang menurut saya sangat besar. Ini bisa menjadi terobosan luar biasa,” kata Subianto pada Minggu.

Pernyataan ini disampaikannya saat upacara peletakan batu pertama Ekosistem Industri Baterai Listrik Terpadu oleh Konsorsium ANTAM-Industry Battery Corporation (IBC)-China Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), yang digelar di Artha Industrial Hills (AIH), Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Melalui ekosistem terpadu ini, presiden mengatakan Indonesia dapat menghasilkan energi terbarukan dan ramah lingkungan yang diidamkan seluruh dunia.

Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terpadu terdiri dari enam sub-proyek utama, lima diantaranya berada di Area Feni Haltim (FHT), Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu di Karawang, Jawa Barat.

Proyek Strategis Nasional (PSN) ini memiliki nilai investasi sebesar $5,9 miliar dan mencakup lahan seluas 3.023 hektar. Proyek ini diperkirakan akan menyerap 35.000 tenaga kerja langsung, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan mengembangkan 18 proyek infrastruktur dermaga multifungsi.

Dalam acara tersebut, presiden didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia.

Lahadalia menekankan bahwa semua proyek hilir harus adil dan sesuai dengan arahan Subianto.

“Saya minta perusahaan memastikan hilirisasi ini tidak hanya menguntungkan investor dan pemerintah pusat, tapi juga masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Berdasarkan arahan Presiden, hilirisasi harus adil bagi pengusaha lokal, masyarakat, dan daerah,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa proyek ini melambangkan kolaborasi antara negara kaya sumber daya alam dengan negara yang memiliki teknologi maju dan pasar sasaran.

MEMBACA  Menko Kumham Imipas Menunggu Pembahasan Kembali RUU Perampasan Aset di Baleg DPR

“Indonesia berada di jalur yang benar, dimulai dari bahan baku baterai seperti nikel, mangan, kobalt, dan akhirnya litium. Kita belum memiliki litium maupun penguasaan penuh atas teknologi utamanya. Karena itu, kami bekerja sama dengan rekan-rekan dari China, khususnya CATL,” tegasnya.

Berita terkait: Hilirisasi nikel bisa dorong ekosistem baterai EV: Kadin

Berita terkait: Danantara bantu stabilkan proyek baterai EV Indonesia senilai $9,8M

Penerjemah: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025