Implementasi program ini tidak boleh mengorbankan sesuatu yang lebih besar, dalam hal ini, dampak ekologis, sistem sosial, aspek budaya, sosial ekonomi, dan sosiokultural masyarakat. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa pengembangan food estate harus mempertimbangkan aspek sosiokultural, yang sangat penting untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul.
Seorang peneliti senior di Pusat Riset Kependudukan BRIN, Subarudi, menyoroti bahwa pengembangan food estate yang mengabaikan aspek sosiokultural masyarakat berisiko mengalami kegagalan dan kerusakan ekologis.
“Beberapa tantangan dalam pelaksanaan program food estate termasuk kesesuaian lahan dan dampak lingkungan. Jika tidak dikelola dengan baik, pengembangan lahan berskala besar dapat merusak ekosistem,” katanya dalam pernyataan yang dirilis pada hari Senin.
Selain itu, keterlibatan petani lokal merupakan kunci kesuksesan, tambahnya.
“Tanpa pemberdayaan dan dukungan yang memadai, petani bisa terpinggirkan dalam proyek tersebut,” katanya.
Untuk program ini, ia mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam proses pemilihan tanaman. Dengan cara itu, tanaman dapat tumbuh sesuai dengan lingkungan di mana mereka hidup secara alami.
Subarudi mengatakan bahwa pengembangan food estate memerlukan pendekatan multidisiplin bersama dengan kesadaran ekologis dan solusi untuk melindungi lahan pertanian yang produktif.
“Untuk pelaksanaan program, harus ada pendekatan antropologis. Implementasi program ini tidak boleh mengorbankan sesuatu yang lebih besar, dalam hal ini, dampak ekologis, kemudian sistem sosial, budaya, sosial ekonomi, dan aspek sosiokultural masyarakat,” paparnya.
Sementara itu, seorang peneliti di Pusat Riset Kependudukan BRIN, Ary Widiyanto, meminta untuk melakukan tinjauan kebijakan food estate, termasuk faktor-faktor sosial, budaya, dan ekonomi yang dianggap kunci untuk keberhasilan program.
Tinjauan harus mencakup pencegahan konflik potensial antara manajemen dan masyarakat atau antara komunitas yang bisa timbul jika program tidak memperhatikan aspek sosial dan budaya.
“Tanpa perencanaan dan implementasi yang tepat, tentu akan ada kerugian ekologis,” katanya.
Translator: Farhan Arda, Raka Adji
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024