Profesor dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Susetyowati, telah mengembangkan alat penyaringan gizi untuk mendeteksi malnutrisi pada pasien rumah sakit.
Dalam pernyataannya pada hari Rabu, dia mengatakan bahwa alat ini, yang disebut Alat Penyaringan Gizi Sederhana (SNST), memiliki pola kerja yang sederhana dan dapat digunakan dalam waktu kurang dari lima menit.
“Alat penyaringan gizi ini sangat sederhana. Tidak memerlukan pengukuran antropometri yang selama ini menjadi hambatan dan dapat dilakukan dalam waktu singkat antara tiga hingga lima menit,” katanya.
Susetyowati menjelaskan bahwa SNST ini menggunakan enam pertanyaan untuk menilai status gizi seseorang.
Dia mencatat bahwa alat penyaringan gizi SNST telah dibandingkan dengan alat penyaringan gizi lain yang terbukti valid dan dapat diandalkan, menunjukkan validitas dan keandalannya sejajar dengan alat lain yang sudah mapan.
Dia menekankan bahwa penyakit malnutrisi tetap menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh para pekerja kesehatan di rumah sakit, karena angkanya masih relatif tinggi, terutama di negara-negara berkembang.
Susetyowati menyatakan bahwa malnutrisi didefinisikan sebagai kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan nutrisi yang menghasilkan efek buruk pada komposisi tubuh, fungsi, dan dampak klinis.
Dia mengaitkan munculnya kasus-kasus malnutrisi di rumah sakit dengan kurangnya pengukuran dan pencatatan rutin tinggi badan dan berat badan serta keterbatasan keterampilan dalam menilai status gizi melalui antropometri dan biokimia.
“Kekurangan ini berarti catatan medis terkait pemantauan asupan makanan pasien berkurang, sehingga asupan gizi sebagian besar tidak terdeteksi dan pemantauan status gizi tidak dilakukan secara rutin,” katanya.
Susetyowati menekankan bahwa penyaringan gizi diperlukan untuk semua pasien rawat inap untuk memprediksi kemungkinan perbaikan atau memburuknya dampak gizi dan untuk menentukan efek intervensi gizi.
“Kehilangan berat badan, indeks massa tubuh, dan kurangnya asupan makanan merupakan elemen utama dalam mendefinisikan malnutrisi,” katanya.
Berita terkait: Mahasiswa UGM menginisiasi kulit mangga sebagai larvasida untuk menekan Demam Berdarah
Berita terkait: Mahasiswa UGM mengembangkan sepeda motor listrik dengan lebih banyak komponen lokal
Translator: Katriana, Luqman Hakim
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2024