Jumat, 24 Oktober 2025 – 12:36 WIB
Jakarta, VIVA – Mimpi Indonesia untuk mempunyai mobil nasional yang sejati bukanlah hal yang baru. Sejak jaman Orde Baru sampai pemerintahan sekarang, ambisi untuk menciptakan kendaraan buatan anak negeri terus bermunculan dalam berbagai bentuk.
Baca Juga:
Prabowo Targetkan Mobil Nasional Terwujud dalam 3 Tahun, Ingat Lagi Mobil Nasional MR90, Bimantara, Timor hingga Esemka
Dari Timor di tahun 1990-an, Esemka yang pernah menjadi perhatian publik, sampai Selo yang merupakan mobil listrik karya anak muda, usaha untuk mewujudkan mobil nasional terus berlanjut. Perjalanannya sangat panjang, penuh dengan harapan, tetapi juga berkali-kali terbentur oleh kenyataan.
Dari penelusuran VIVA Otomotif di arsip VIVA.co.id, ide pertama yang bisa disebut sebagai awal mula mobil nasional muncul pada era Presiden Soeharto lewat merek Timor. Pada tahun 1996, melalui Inpres Nomor 2 Tahun 1996, berdirilah PT Timor Putra Nasional yang dipimpin oleh Hutomo Mandala Putra atau dikenal sebagai Tommy Soeharto.
Baca Juga:
Menperin Usulkan Program Mobil Nasional Jadi PSN: Agar Berjalan Lebih Cepat
Mobil yang dipasarkan dengan nama Timor S515 itu sebenarnya adalah hasil rebadge dari Kia Sephia asal Korea Selatan. Pemerintah memberikan banyak fasilitas, mulai dari bebas bea masuk sampai pajak, untuk mendukung produksi mobil nasional ini.
Namun, proyek tersebut tidak berlangsung lama. Krisis moneter tahun 1997 menghantam, sementara WTO menilai kebijakan pemerintah itu proteksionis sehingga proyek Timor berhenti tanpa meninggalkan warisan teknologi yang berarti.
Baca Juga:
Prabowo: Indonesia Punya Mobil Nasional dalam Waktu Tiga Tahun Mendatang
Bagi banyak orang, Timor lebih terlihat seperti mobil impor yang pakai merek lokal dibandingkan produk nasional yang sebenarnya. Kegagalan ini menjadi pelajaran penting bahwa kebijakan industri harus disertai dengan transfer teknologi yang nyata.
Setelah era Timor berakhir, publik kembali merasa optimis dengan kemunculan Esemka. Proyek ini lahir dari semangat siswa-siswa SMK di Solo yang bekerja sama dengan teknisi lokal untuk merakit mobil sendiri.
Nama Esemka sendiri adalah singkatan dari "SMK", yang mencerminkan dasar pendidikannya yang berasal dari sekolah kejuruan. Popularitasnya melesat saat Joko Widodo masih menjabat sebagai Wali Kota Solo dan menggunakan mobil itu untuk kendaraan dinasnya.
Setelah bertahun-tahun menjadi bahan pembicaraan, pabrik PT Solo Manufaktur Kreasi di Boyolali akhirnya diresmikan pada tahun 2019. Mobil pikap Esemka Bima 1.2 dan 1.3 mulai diproduksi dan dijual untuk pasar dalam negeri.
Meskipun begitu, statusnya sebagai mobil nasional masih sering diperdebatkan. Banyak pihak berpendapat bahwa Esemka lebih cocok disebut sebagai merek lokal yang masih menggunakan banyak komponen impor dan belum benar-benar menunjukkan kemandirian industri otomotif Indonesia.
Halaman Selanjutnya
Sekitar tahun 2013, muncul lagi inovasi lokal bernama Selo. Mobil listrik sport ini dicetuskan oleh Ricky Elson, seorang peneliti dan insinyur muda Indonesia yang terkenal lewat pengembangan turbin angin di Ciheras, Jawa Barat.