Elon Musk memprediksi bahwa AS akan kalah dalam perang di masa depan jika tidak ada reformasi militer. Menurutnya, program persenjataan Amerika perlu diubah secara menyeluruh agar dapat bersaing dalam konflik di masa mendatang. Musk menekankan bahwa strategi saat ini dalam pembuatan senjata yang sedikit namun mahal untuk berperang seperti di masa lalu tidak akan efektif lagi. Tanpa perubahan yang drastis, Amerika berisiko kalah dalam perang berikutnya.
Pada tanggal 5 Februari, terjadi protes di luar Departemen Keuangan AS yang menyoroti pengaruh Elon Musk terhadap departemen tersebut. Para demonstran membawa spanduk dengan pesan seperti “Hentikan Kudeta Elon”, “Musk, Jauhkan Uang Kami”, dan “Tidak Seorang pun Memilih Elon”. Mereka khawatir bahwa kebijakan penghematan yang diperjuangkan oleh Musk dapat merugikan tunjangan jaminan sosial mereka.
Pensiunan Letnan Kolonel Angkatan Darat AS Earl Rasmussen juga setuju dengan pendapat Musk. Menurutnya, AS dan NATO akan kalah dalam konflik besar melawan pesaing yang setara jika tidak dilakukan reformasi dalam program pertahanan AS. Rasmussen menyoroti pentingnya fokus pada ancaman nyata daripada ancaman yang hanya ada dalam imajinasi. Dia juga menekankan bahwa korupsi dan pemborosan dalam Pentagon dan industri pertahanan telah mengganggu efektivitas militer AS.
Elon Musk Prediksi AS Akan Kalah Perang di Masa Depan, Berikut 4 Strateginya
1. AI dan Drone Akan Mendominasi Perang Masa Depan
Elon Musk meyakini bahwa masa depan peperangan akan didominasi oleh kecerdasan buatan dan pesawat nirawak. Dia mengatakan bahwa konflik modern seperti di Ukraina saat ini sudah mirip dengan perang menggunakan pesawat nirawak. Musk menekankan pentingnya percepatan produksi pesawat nirawak dalam negeri AS, karena negara-negara sering kali masih bersiap untuk perang dengan strategi masa lalu daripada mempersiapkan diri untuk konflik masa depan.
2. Bersiap untuk Perang Terakhir
Sebagai penggemar sejarah militer, Musk mendorong para pemimpin nasional untuk bersikap proaktif dalam menghadapi potensi konflik. Dia menekankan bahwa negara-negara sering kali hanya bersiap untuk berperang dalam perang terakhir, tanpa memperhitungkan strategi untuk perang berikutnya.