Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi membuka pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara yang dioperasikan oleh Lotte Chemical Indonesia (LCI) asal Korea Selatan di Kota Cilegon, Banten, pada hari Kamis.
Presiden meluncurkan pabrik modern tersebut dengan menekan tombol sirene bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia dan Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani, serta lainnya. Beliau juga menandatangani prasasti peresmian.
Dalam pidatonya, Prabowo menyatakan bahwa operasional pabrik ini merupakan suatu kebanggan nasional dan menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong investasi asing.
Dibangun dengan investasi sekitar US$4 miliar, pabrik petrokimia LCI ini memiliki luas 107,8 hektar dan diproyeksikan memproduksi berbagai produk strategis, termasuk 1.000 kiloton etilena per tahun.
Fasilitas ini juga dirancang untuk memproduksi 520 kiloton propilena, 350 kiloton polipropilena, 140 kiloton butadiena, dan 400 kiloton benzena/toluena/xilena setiap tahunnya, serta mempekerjakan puluhan ribu tenaga kerja.
Ini merupakan pabrik kelima setelah pabrik sejenis Lotte di Korea Selatan, Meksiko, Amerika Serikat, dan Malaysia.
Hadir mendampingi Presiden Prabowo dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Luar Negeri Sugiono, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, dan Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka.
Dalam sela-sela KTT APEC 2025 di Korea Selatan pada 31 Oktober, Lembaga Manajemen Investasi Indonesia, Danantara, menyatakan minat untuk mengakuisisi saham di LCI guna mendapat manfaat dari pabrik petrokimia Cilegon ini.
Menteri Investasi Roeslani, yang juga menjabat sebagai CEO Danantara, mengatakan bahwa Lotte Chemical Corporation—perusahaan induk LCI—telah menawarkan 35 persen saham. Beliau mencatat bahwa lembaganya lebih memilih untuk mengejar investasi tersebut secara langsung daripada melalui Badan Usaha Milik Negara yang dikelolanya.
Beliau menambahkan bahwa Danantara saat ini sedang menilai strategi pembiayaan yang layak untuk akuisisi yang diusulkan tersebut.