Ada ruang bagi lebih banyak pekerja migran Indonesia untuk menemukan pekerjaan di sektor konstruksi Jerman melalui skema penempatan yang dilaksanakan oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), kata Kepala BP2MI, Benny Rhamdani.
Dia mengatakan bahwa dia telah membahas penempatan pekerja migran Indonesia di sektor konstruksi dengan pemerintah Jerman selama kunjungannya ke negara tersebut pada awal Mei.
“Mereka bahkan mendorong untuk menandatangani perjanjian teknis paling lambat bulan Juli. Untuk memfasilitasi hal ini, saya meminta staf untuk menyiapkan segalanya,” katanya.
“Ini berarti bahwa mereka yang akan bekerja di Jerman memiliki opsi, tidak hanya bekerja sebagai perawat tetapi juga di sektor konstruksi,” tambahnya.
Rhamdani mengatakan bahwa meskipun dia belum membahas detail teknis penempatan, pekerja Indonesia memiliki kesempatan untuk mendapatkan gaji tinggi di Jerman, sesuai dengan upah dasar di negara tersebut.
Sementara itu, masih ada kesenjangan antara jumlah pelamar dan jumlah pekerja migran yang diterima untuk bekerja di Jerman, katanya.
Berdasarkan data BP2MI, pada tahun 2023, setidaknya 84 pekerja migran ditempatkan oleh BP2MI dalam skema kerja sama pemerintah ke pemerintah (G-to-G) untuk posisi perawat.
Rhamdani lebih lanjut mengatakan bahwa salah satu tantangan untuk meningkatkan penempatan pekerja migran di Jerman adalah memenuhi persyaratan sertifikasi bahasa tingkat B2.
“Kemarin, kami bernegosiasi dengan GIZ (Badan Kerjasama Internasional Jerman) tentang kemungkinan menurunkan tingkat menjadi A1 atau A2, sementara tingkat B1 dan B2 diharapkan dilakukan saat bekerja di Jerman,” katanya.
“Artinya, dengan memiliki kemampuan bahasa Jerman pada tingkat A2, pekerja migran Indonesia dapat bekerja di Jerman, dan kemudian mereka dapat bekerja untuk mengisi beberapa posisi dan sektor yang dibutuhkan oleh Jerman dan saat ini sedang dinegosiasikan,” tambahnya.