Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyoroti potensi produksi garam berbasis masyarakat di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, untuk mendukung target nasional mencapai swasembada pada tahun 2027.
“Kita dapat meningkatkan produksi di sini tahun depan. Saya sudah memiliki data; ada sekitar tiga ribu hektar,” katanya saat meninjau gudang penyimpanan garam di sini pada hari Kamis.
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu wilayah penghasil garam di Jawa Barat, selain Kabupaten Karawang, Cirebon, dan Pangandaran. Produksi garam Indramayu tersebar di empat kecamatan, yaitu Krangkeng, Losarang, Kandanghaur, dan Patrol.
Luas lahan pertanian garam produktif di Indramayu saat ini mencapai 1.445 hektar, dengan total produksi mencapai 135.891 ton, atau rata-rata sekitar 94 ton per hektar.
Sebagian besar kegiatan produksi garam di Indramayu dikelola secara tradisional dengan mengandalkan pasang surut. Hal ini memengaruhi volume dan kualitas produksi.
Oleh karena itu, Trenggono mengatakan bahwa program revitalisasi perlu dilakukan agar produksi garam di Indramayu dapat lebih modern.
Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengusulkan anggaran sebesar Rp500 miliar.
“Kami akan mengusulkannya (anggaran) agar tahun depan dapat direvitalisasi,” tegasnya.
Pemerintah sebelumnya menetapkan target untuk mencapai swasembada pangan, termasuk garam industri, pada tahun 2027. Sebagai langkah awal, pemerintah telah memutuskan untuk menghentikan impor garam industri pada tahun 2025, kecuali untuk Pabrik Klor Alkali (CAP).
Untuk mencapai target swasembada, Kementerian Kelautan dan Perikanan sedang mengembangkan beberapa program terobosan, termasuk perluasan dan pemodelan intensifikasi tambak garam melalui modernisasi teknologi produksi garam.
Berita terkait: Produksi garam Indonesia melampaui target 2024 sebesar 2,04 juta ton
Berita terkait: Tidak ada impor beras, gula, jagung, atau garam pada tahun 2025: Hasan
Berita terkait: Indonesia akan menghentikan impor garam dapur mulai 2025: Hasan
Hak cipta © ANTARA 2024