Sidoarjo, Jawa Timur (ANTARA) – Pondok pesantren Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, akan melanjutkan kembali aktivitas pendidikannya setelah upaya pemulihan dari runtuhnya salah satu gedungnya yang fatal pada bulan September lalu.
Perwakilan pesantren dan ketua ikatan alumninya, Zainal Abidin, mengonfirmasi bahwa para santri mulai kembali ke pesantren pada hari Jumat.
“Malam ini, beberapa santri sudah kembali ke pesantren, khususnya mereka dari perguruan tinggi, SMA, dan SMP kami,” kata Abidin.
Dia menjelaskan bahwa kegiatan belajar untuk sementara akan dipusatkan di gedung Perguruan Tinggi Islam Al Khoziny, yang sebelumnya dijadikan posko komando Badan SAR Nasional (Basarnas) selama operasi pasca-keruntuhan.
Sementara itu, gedung utama pesantren – yang terletak bersebelahan dengan lokasi kejadian – masih dalam pengawasan polisi. Gedung itu sebelumnya menampung asrama putra dan ruang kelas.
Meski para santri sudah mulai kembali, Abidin mengatakan pesantren belum bisa memastikan berapa banyak santri yang akhirnya akan bergabung kembali.
“Yang terpenting saat ini adalah pesantren bisa menjalankan kembali aktivitas pendidikannya untuk memastikan kelangsungan belajar,” ujarnya.
Abidin menambahkan bahwa ikatan alumni akan memberikan konseling trauma dan bantuan untuk santri serta keluarganya yang terdampak.
Pesantren juga akan menawarkan beasiswa bagi santri yang mengalami luka serius atau cacat fisik akibat tragedi tersebut.
“Para anggota alumni akan membantu santri-santri tersebut, terutama yang menjadi disabilitas dalam insiden ini, untuk mendapatkan beasiswa hingga jenjang pascasarjana,” jelasnya.
Gedung Al Khoziny yang memiliki empat lantai itu roboh pada tanggal 29 September saat sedang menjalani renovasi. Ratusan santri sedang melaksanakan salat berjemaah ketika struktur gedung itu ambruk, membuat banyak orang terperangkap di bawah reruntuhan.
Pada 7 Oktober, Direktur Operasi Basarnas Komodor Yudhi Bramantyo melaporkan bahwa 171 korban telah ditemukan setelah sembilan hari operasi pencarian dan pertolongan. Dari jumlah itu, 104 orang berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup, sementara 67 orang dikonfirmasi meninggal.
Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polda Jawa Timur menyelesaikan proses identifikasi untuk semua korban pada 15 Oktober.
Berita terkait: Menteri Pratikno minta audit bangunan pesantren dikoordinasikan
Berita terkait: Menteri AHY desak standar bangunan ketat pasca-tragedi Sidoarjo
*Penerjemah: Astrid FH/Fahmi A, Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025*