PON 2024: Krischayani menetapkan standar tinggi dengan cintanya pada aerobik

Krischayani Kurniawan membuat debut gemilangnya dalam kompetisi gimnastik aerobik perorangan wanita di Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara ke-21 dengan meraih medali emas.

Kemenangannya membuatnya berdiri di podium tertinggi, membuat kontingen Jakarta bangga. Wanita berusia 21 tahun itu tampil impresif dengan total skor 18.650, mengalahkan Della Rosse Ananda Purbowo dari Jawa Timur yang meraih perak dengan skor 18.450, dan Elmalia Virdania Putri dari Yogyakarta yang meraih perunggu dengan skor 17.800.

Untuk Krischayani, kemenangan ini telah lama dinanti. Sebelum acara olahraga nasional, dia hanya berhasil meraih medali perunggu di acara pra-PON. Namun, dia tidak patah semangat dan menggunakannya sebagai motivasi untuk bekerja lebih keras dalam persiapan PON.

Latihan intensif adalah kunci kesuksesannya di PON tahun ini. Selama tiga bulan terakhir, dia menjalani program latihan yang sangat ketat di bawah bimbingan pelatihnya. Setiap hari, dia mengikuti dua sesi latihan—satu di pagi hari dan satu lagi di sore hari—tanpa hari libur. Dia bertekad untuk memenangkan kejuaraan besar pertamanya dan mewujudkan mimpinya meraih medali emas di PON 2024.

Krischayani mengatakan bahwa tantangannya bukan hanya fisik tapi juga mental. Meskipun dia telah menyiapkan diri dengan baik, dia merasa gugup sebelum kompetisi. Namun, dia berhasil mengatasi perasaan tersebut berkat dukungan dari pelatih dan orangtuanya yang datang untuk menonton penampilannya.

Tampil dengan tenang dan kontrol emosi yang baik, Krischayani mampu menunjukkan yang terbaik darinya. Dia mendapatkan 7.700 poin untuk eksekusi, 8.050 poin untuk keindahan gerakan, dan 2.900 poin untuk tingkat kesulitan.

Perjalanannya ke dunia gimnastik dimulai sejak usia dini. Pada usia 10 tahun, dia berpartisipasi dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) untuk senam lantai. Meskipun dia tidak mencapai prestasi tertentu, dia berteman dengan seseorang yang terlibat dalam gimnastik aerobik.

MEMBACA  Setelah Taylor Swift, BTS juga Diminta Mengeluarkan Suara untuk Palestina: Berbicara Tentang Diri Sendiri

“Temanku bergabung dengan aerobik terlebih dahulu, jadi aku diperkenalkan padanya dan ikut dalam latihan. Akhirnya, itu menyenangkan, dan aku mulai menyukainya,” katanya. Dedikasinya semakin kuat ketika dia mengetahui bahwa PON adalah kompetisi olahraga tertinggi bagi gimnastik aerobik.

Menurut Krischayani, dua pelajaran berharga yang dia pelajari dari gimnastik adalah konsistensi dan disiplin. Latihan yang tak kenal lelah dan ketat menjadi bagian dari rutinitas harian, terutama sebelum kompetisi besar seperti PON.

Semua kerja keras dan pengorbanannya akhirnya membuahkan hasil dengan kemenangannya emas di PON ke-21. Dia mengatakan bahwa dia mendedikasikan kemenangan itu untuk orangtuanya, yang telah mendukungnya sepenuhnya sejak awal kariernya sebagai atlet.

Sebagai anak tunggal, dia merasa bahwa pencapaian ini adalah hadiah bagi orangtuanya.

Keberhasilan Krischayani sangat erat kaitannya dengan latihan yang diberikan oleh pelatihnya, Fahmy Fachrezzy. Fachrezzy mencatat bahwa penampilan Krischayani telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dia menambahkan bahwa dia percaya, dengan potensinya, dia dapat mencapai hal-hal yang lebih besar di masa depan, seperti berkompetisi di SEA Games.

Menurutnya, dia memiliki potensi besar yang dapat dikembangkan lebih lanjut, karena usia emas bagi atlet gimnastik adalah 24 hingga 26 tahun. Krischayani tidak hanya membawa pulang medali emas tapi juga membuka peluang baru untuk bersaing di tingkat internasional.

Dia juga telah menginspirasi atlet muda lainnya untuk tetap konsisten, membuktikan bahwa dengan kerja keras dan optimisme, kesuksesan dapat dicapai di masa depan.