Polri: Sang Penjaga Rumah Besar Indonesia

loading…

Polisi berlindung saat dilempari molotov dan petasan oleh demonstran di kawasan Pejompongan, Jakarta, Kamis (28/8/2025). Foto/Dok. SindoNews

JAKARTA – Pengamat hukum Haidar Alwi menyoroti insiden demo ricuh yang terjadi pada Agustus 2025. Menurutnya, tragedi Agustus 2025 adalah salah satu ujian paling berat. Riak yang dipancarkan hampir berubah menjadi gelombang besar yang dapat mengguncang legitimasi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Tapi, Haidar nilaikan bangsa Indonesia seringkali lupa pada hal yang paling mendasar dalam sejarahnya.
Siapa yang sebenarnya menjaga rumah besar bernama Indonesia ini supaya tetap kuat pas ada badai datang. Baca juga: Yusril: 6.719 Pengunjuk Rasa Ditahan, 997 Tersangka saat Demo Ricuh Akhir Agustus

“Pada saat penting itu, Polri berdiri di depan, nahan arus kekacauan, jaga supaya api kemarahan gak bakar habis fondasi negara, dan pastiin pemerintahan tetap jalan tanpa kehilangan kontrol,” kata Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI) ini dalam keterangannya hari Minggu (28/9/2025).

Tapi ironisnya, bangsa ini malah lupakannya dan pilih narasi sempit yang bikin peran Polri cuma diliat sebagai gagal karena ada yang meninggal. Dia tegaskan gak ada yang nafikan kalo tewasnya seorang pengemudi ojek online itu adalah luka dan kejadian itu seharusnya tidak terjadi.

“Tapi apa sebuah institusi yang cegah keruntuhan negara pantas dihakimi cuma dari satu kejadian? Sementara ratusan keberhasilan dalam redam amuk massa diabaikan begitu aja?” ujarnya.

MEMBACA  Dua Korban Trafficking Manusia Indonesia Ditembak di Myanmar