Jakarta (ANTARA) – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, meminta aparat memastikan lokasi hunian tetap bagi penyintas bencana di Sumatra berdekatan dengan fasilitas umum.
“Tolong siapkan lokasi untuk rumah permanen yang secara teknis bebas banjir, aman dari potensi longsor, dekat fasilitas umum, dan bersih secara hukum. Jangan pilih lokasi yang merusak lingkungan,” kata Sirait dalam pernyataan di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan, pembangunan hunian tetap bergantung pada kecepatan pemerintah daerah, termasuk pembangunan perumahan yang dilakukan melalui gotong-royong.
Sirait menyoroti Kabupaten Tapanuli Utara sebagai model potensial untuk pemulihan pascabencana yang dipercepat dan terpadu.
Dia mengatakan daerah tersebut telah membuat kemajuan signifikan dalam upaya pembangunan kembali. Pembangunan rumah, pasokan listrik, dan dokumen hukum semuanya telah selesai. Pada 21 Maret mendatang, sertifikat hak milik rencananya akan diserahkan langsung ke warga.
“Tapanuli Utara bisa jadi contoh. Rumahnya sudah selesai, listrik terpasang, sertifikat tanahnya juga sudah. Ke depannya, saya harap Tapanuli Selatan, Sibolga, dan wilayah Tapanuli lain juga memiliki sertifikat properti untuk masyarakat,” tegas Sirait.
Untuk memastikan pelaksanaan lebih cepat, Sirait juga telah menunjuk tiga direktur jenderal untuk turun langsung ke lapangan menyelesaikan proses alokasi perumahan di daerah terdampak bencana.
Pembangunan hunian sementara dan rumah permanen bagi pengungsi korban banjir bandang dan tanah longsor di Sumatra menjadi salah satu prioritas pemerintah, mengingat masa tanggap darurat masih berlaku di sejumlah daerah terdampak.
Lebih dari 30.000 rumah rencananya segera dibangun oleh pemerintah dengan dukungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Bulan lalu (25 November), sejumlah kabupaten dan kota di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dilanda banjir bandang dan tanah longsor yang menewaskan lebih dari seribu orang, ratusan hilang, dan puluhan ribu rumah rusak.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Kamis (25 Desember) korban jiwa akibat banjir bandang dan longsor di Sumatra mencapai 1.135 orang, sementara 173 orang masih dinyatakan hilang selama operasi pencarian dan penyelamatan berlangsung. Hampir 490.000 orang masih mengungsi, tambah BNPB.