Pertarungan Jet Tempur: F-15EX vs KF-21 Dilema Indonesia dalam Menentukan Masa Depan Pertahanan Udara

Jakarta, VIVA – Dunia pertahanan Indonesia kembali jadi sorotan media internasional. Pasalnya, langkah pemerintah dalam menentukan arah modernisasi kekuatan udara TNI AU saat ini berada di persimpangan yang cukup rumit.

Baca Juga :


J-20S China Disebut Lampaui Jet Tempur Generasi Kelima, Teknologi Canggihnya Bikin Dunia Militer Geger

Di satu sisi, Indonesia punya peluang mendapatkan jet tempur paling mematikan dari Amerika Serikat, Boeing F-15EX Eagle II, yang udah diakui dunia. Tapi, Indonesia masih terikat komitmen pada proyek ambisius bareng Korea Selatan, yaitu pengembangan jet tempur generasi 4.5 KF-21 Boramae.

Dilema ini nggak cuma tentang milih pesawat tempur, tapi juga menyangkut masa depan kemandirian industri pertahanan Indonesia. Apakah Indonesia akan ambil jalan praktis dengan beli teknologi jadi dari sekutu, atau tetap pilih jalan idealis dengan investasi besar di proyek bersama yang penuh risiko dan utang?

Baca Juga :


5 Jet Tempur Siluman China yang Dipamerkan di Parade Militer, J-20S Bikin Geger Dunia!

Media pertahanan luar negeri menggambarkan keputusan ini sebagai langkah yang “membingungkan” tapi sekaligus strategis.

VIVA Militer: Jet tempur KAK KF-21 Boramae militer Korea Selatan

Baca Juga :


Apa yang Terjadi Jika Jet Tempur Canggih Terbang Menembus Tornado?

Seperti ditulis Asian Military Review, “Indonesia telah menunjukkan pendekatan yang membingungkan dalam akuisisi pesawat tempurnya. Mereka memproses pembelian Rafale dari Prancis, menunda F-15EX dari Amerika, sekaligus tetap mempertahankan komitmen pada KF-21 Boramae. Strategi ini sangat kompleks dan mungkin dimaksudkan untuk menyeimbangkan hubungan geopolitik serta kebutuhan teknologi.”

Lantas, gimana drama di balik layar yang bikin masa depan kekuatan udara Indonesia berada di ujung tanduk? Berikut ulasanya.

MEMBACA  JPMorgan Meneliti 5 Juta Pensiunan di AS — Ini 3 Tren Pengeluaran yang Harus Dipertimbangkan dalam Rencana Anda

Minat Indonesia pada F-15EX Eagle II

Ketertarikan Indonesia pada jet tempur Boeing F-15EX bukan isapan jempol. Program ini udah lama jadi sorotan internasional dan melibatkan persetujuan langsung dari pemerintah Amerika Serikat.

Disetujui AS Sejak 2022

Pada Februari 2022, Departemen Luar Negeri AS menyetujui kemungkinan penjualan sampai 36 unit F-15IDN ke Indonesia. Paket itu bernilai sekitar US$13,9 miliar atau lebih dari Rp200 triliun.

Penjualan ini mencakup pesawat, mesin, senjata, dan dukungan logistik. Persetujuan ini nunjukkin bagaimana Washington ngelihat Jakarta sebagai mitra strategis penting di kawasan Indo-Pasifik.

MoU Sudah Ditandatangani

Penandatanganan MoU komitmen pembelian 24 Unit Pesawat Tempur F-15EX.

Pada Agustus 2023, Kementerian Pertahanan RI dan Boeing udah tanda tangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk akuisisi 24 unit F-15EX. Tapi, sampai sekarang kontrak pembelian final belum diteken. Kondisi ini bikin spekulasi bahwa ada faktor politik dan komitmen lain yang nahan proses.

Komentar Langsung dari Boeing

Dalam wawancara dengan Janes, media pertahanan terkemuka, Clara Logsdon, pejabat senior Boeing, bilang, “Kami sangat percaya bahwa kesepakatan F-15EX pada akhirnya akan terwujud. Minat Indonesia terhadap F-15EX sangat jelas.”

KF-21 Boramae: Antara Impian dan Utang

Di balik ketertarikan pada F-15EX, Indonesia juga masih terikat proyek besar dengan Korea Selatan, yaitu KF-21 Boramae. Proyek ini dari awal bukan cuma soal beli jet tempur, tapi juga transfer teknologi.

VIVA Militer: Wamenhan RI hadiri Flight Test Pesawat Tempur KF-21 di Korsel

Janji Transfer Teknologi

Dalam kesepakatan awal, Indonesia nyanggup nanggung 20 persen biaya proyek KF-21 yang totalnya capai sekitar Rp100 triliun. Harapannya, PT Dirgantara Indonesia bisa dapet akses teknologi mutakhir dan memperkuat industri dalam negeri.

MEMBACA  Balon Udara Meledak Menghancurkan Rumah Penduduk Tulungagung

Tapi, perjalanan proyek nggak mulus. Media Korea Selatan, Yonhap News Agency, laporkan bahwa Indonesia menunggak pembayaran sampai Rp16 triliun. Kondisi ini bikin Seoul sempat ragukan komitmen Jakarta untuk tetap bertahan dalam proyek.

Kesepakatan Baru 2025

Setelah negosiasi panjang, pada Juni 2025 kedua negara akhirnya sepakati restrukturisasi pembayaran. Indonesia berjanji tetap ikut, tapi dengan skema pembayaran yang lebih fleksibel biar nggak terlalu membebani keuangan negara.

Langkah Indonesia dalam mengelola program jet tempurnya dianggap unik sama analis militer luar negeri.

Asian Military Review nulis, “Indonesia kayaknya usaha menyeimbangkan kepentingan strategis dengan AS, Korea Selatan, dan juga Prancis lewat pembelian Rafale. Walaupun membingungkan, strategi ini bisa jadi cermin usaha jaga hubungan geopolitik yang rumit.”

Buat TNI AU, F-15EX janjiin kemampuan tempur yang siap dipakai dalam waktu dekat. Tapi, KF-21 kasih kesempatan emas bagi industri pertahanan Indonesia untuk belajar, meski risikonya adalah penundaan dan utang.

Politik Luar Negeri Juga Berperan

Keputusan Indonesia nggak cuma soal teknis militer, tapi juga geopolitik. Beli F-15EX bisa eratkan hubungan dengan AS, sementara tetap komit sama KF-21 jaga kedekatan dengan Korea Selatan.

Masa depan Angkatan Udara Republik Indonesia ditentukan oleh pilihan sulit antara jalan pragmatis atau idealis. Kalau milih F-15EX, Indonesia akan langsung dapet superioritas udara dengan teknologi teruji. Tapi, kalo bertahan di KF-21, Indonesia akan punya kesempatan bangun kemandirian industri meski dengan konsekuensi panjang.

Halaman Selanjutnya

Minat Indonesia pada F-15EX Eagle II