Jakarta (ANTARA) – Perusahaan minyak dan gas milik negara, PT Pertamina, mengungkapkan bahwa mereka mempertimbangkan untuk menaikkan impor elpiji (LPG) dari Amerika Serikat menjadi 60 persen dari total impor LPG Indonesia.
"Proporsi impor LPG kami dari AS sudah cukup tinggi, yaitu 57 persen (pada 2024). Benar bahwa kami sedang mempertimbangkan untuk menaikkannya jadi 60 persen," kata Fadjar Djoko Santoso, Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina.
Dia menjelaskan di Jakarta pada Kamis bahwa Indonesia dan AS belum menandatangani nota kesepahaman terkait rencana impor LPG ini.
Santoso menambahkan bahwa Pertamina dan mitranya di AS baru saja menandatangani perjanjian pembelian minyak mentah.
"Kita bisa harapkan porsi impor LPG akan naik jadi 60 persen secara bertahap," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa rencana impor LPG dari AS ini tidak berarti total volume impor akan bertambah—hanya mengalihkan impor dari negara lain ke AS.
Dia juga menyebutkan bahwa rencana ini bisa berupa kontrak jangka pendek maupun panjang.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa dia dan Presiden Prabowo Subianto telah mencapai "kesepakatan bersejarah," yang mencakup penurunan tarif timbal balik dari 32 persen menjadi 19 persen.
Selain itu, Indonesia berkomitmen membeli produk energi senilai AS$15 miliar, mengimpor produk pertanian senilai AS$4,5 miliar, dan membeli 50 pesawat Boeing dari AS.
Kesepakatan pengadaan energi ini sejalan dengan pernyataan sebelumnya oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung.
"Kami mungkin akan mengalihkan sumber LPG dari Timur Tengah ke Amerika Serikat," kata pejabat Indonesia itu kepada wartawan di Jakarta pada 5 Juli 2025.
Berita terkait: Indonesia to shift LPG imports from Middle East to US
Berita terkait: RI Govt to set single price for 3-kg LPG nationwide
Penerjemah: Putu Indah, Tegar Nurfitra
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025