Kemacetan dan transportasi publik di kota Jakarta selalu menjadi topik menarik untuk dibahas, terutama dalam hubungannya dengan upaya pemimpin Jakarta untuk memperbaiki masalah tersebut. Meskipun demikian, kemacetan di Jakarta dianggap sebagai masalah yang kompleks dan sulit untuk diperbaiki. Dengan populasi lebih dari 10 juta penduduk, Jakarta dianggap sebagai lambang kemajuan Indonesia tetapi juga sebagai contoh nyata dari masalah transportasi perkotaan yang rumit. Masalah kemacetan di Jakarta tidak hanya disebabkan oleh jumlah kendaraan yang melampaui kapasitas jalan, tetapi juga oleh berbagai faktor lain yang saling berkaitan, seperti urbanisasi yang cepat, kurangnya sistem transportasi umum yang memadai, ketergantungan pada kendaraan pribadi, dan perencanaan kota yang tidak terintegrasi dengan baik. Pertumbuhan ekonomi yang pesat turut memperparah masalah transportasi di Jakarta.
Selama beberapa dekade terakhir, pemerintah daerah dan pusat telah mengusulkan berbagai solusi untuk mengatasi kemacetan, seperti pembangunan jalan tol, flyover, dan underpass. Namun, sebagian besar solusi tersebut hanya memberikan dampak sementara, dan masalah kemacetan tetap menjadi persoalan yang belum terselesaikan dalam jangka panjang.
Dalam debat publik pertama Pilkada Jakarta, beberapa calon gubernur (cagub) seringkali menawarkan solusi yang sudah sering didengar sebelumnya, seperti perluasan infrastruktur jalan, MRT, LRT, dan sebagainya. Namun, masyarakat mengharapkan adanya inovasi baru dengan pendekatan yang segar dari gubernur yang akan datang, sehingga tercipta rencana jangka pendek, menengah, dan panjang yang dapat dipercaya oleh masyarakat.
Salah satu inovasi yang ditawarkan adalah Transportasi Sungai, seperti yang diusulkan oleh Ridwan Kamil dengan konsep “Dua Ideologi” untuk mengatasi kemacetan Jakarta. Selain perluasan infrastruktur dan penambahan armada angkutan, Ridwan Kamil juga mengusulkan pengembangan sistem transportasi sungai di Jakarta. Kota ini memiliki jaringan sungai besar yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk transportasi. Konsep transportasi sungai telah terbukti sukses di beberapa negara, seperti Bangkok di Thailand dengan Chao Phraya River Express yang membantu mengurangi kemacetan di jalan raya. Integrasi transportasi sungai dengan moda transportasi darat juga telah terbukti efisien di kota-kota seperti Bangkok dan Venice di Italia.
Transportasi sungai di Jakarta dapat memberikan banyak keuntungan, seperti mengurangi beban di jalan raya, menjadi alternatif yang ramah lingkungan, dan mengurangi emisi kendaraan bermotor. Namun, Jakarta juga dihadapkan pada tantangan seperti kualitas air sungai yang rendah dan masalah sampah yang menghambat navigasi sungai. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur sungai dan kerjasama dengan moda transportasi lain seperti MRT dan LRT sangat penting untuk menjadikan transportasi sungai sebagai solusi yang efektif untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.