“
loading…
Peringkat kekuatan paspor China telah turun ke peringkat ke-115 secara global, yang telah menyebabkan aksi boikot dan peningkatan diskriminasi terhadap pelancong China. Meskipun sering dibanggakan oleh Beijing sebagai salah satu paspor terkuat di dunia, kenyataan menunjukkan bahwa nilai paspor China semakin dipertanyakan.
Sejumlah video domestik sering kali memicu semangat patriotik terkait paspor China, menekankan bahwa para pemiliknya harus merasa bangga. Namun, saat ini, perlakuan terhadap pemegang paspor tersebut semakin dipertanyakan.
Seorang pelancong yang sering bepergian melalui bandara Tanzania telah mencatat bahwa pemegang paspor China menerima perlakuan khusus, yang tidak dialami oleh pelancong dari Eropa atau Amerika. Pelancong China terpantau harus membayar sejumlah uang agar bisa melanjutkan perjalanan mereka, sementara pelancong Barat tidak dikenakan biaya seperti itu.
Situasi ini telah membuat banyak pelancong China meragukan narasi tentang rasa hormat dan kekuasaan yang terkait dengan paspor mereka. Realitas di lapangan seringkali melibatkan kecurigaan, pemeriksaan khusus, dan diskriminasi yang mencolok, yang kemungkinan terkait dengan perilaku sebagian wisatawan China yang telah menimbulkan stereotip negatif.
Contohnya, seorang pria China mencoba menyuap petugas bea cukai di Indonesia dengan menyelipkan uang ke dalam paspornya. Insiden ini menyebabkan kontroversi luas di Indonesia, yang berujung pada deportasi dan larangan masuk kembali ke negara tersebut.
Di Australia, seorang pria China juga menghadapi masalah serupa ketika petugas bea cukai menemukan makanan terlarang di dalam kopernya. Meskipun petugas bersikap sopan, pria tersebut menunjukkan sikap arogan dan provokatif, sehingga harus dikenai denda dan peringatan.
Meskipun paspor China pernah dianggap sebagai salah satu paspor terkuat di dunia, kini pemegangnya harus menghadapi diskriminasi dan perlakuan khusus di luar negeri. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang nilai sebenarnya dari paspor China dan bagaimana hal ini memengaruhi pandangan masyarakat internasional terhadap pelancong asal China.
“