Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya meningkatkan citra Kota Tua sebagai pusat pariwisata budaya bertaraf internasional lewat perayaan Hari Angklung Sedunia ke-15 di kawasan bersejarah itu.
“Melalui peringatan Hari Angklung Sedunia, Pemprov DKI ingin memperkuat citra kawasan ini sebagai pusat pariwisata budaya internasional,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Mochamad Miftahulloh Tamary, pada hari Minggu.
Dia menambahkan, pemerintah juga bermaksud menjadikan Kota Tua sebagai wadah aktif untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat dunia tentang alat musik tradisional angklung sebagai aset budaya warisan dunia.
Perayaan Hari Angklung Sedunia ke-15 ini dirancang untuk menggambarkan tiga fase penting dalam sejarah Jakarta: era Kerajaan Pajajaran–Sunda Kelapa, periode Fatahillah–Jayakarta, dan masa Batavia saat pemerintahan kolonial Belanda.
Kota Tua dipilih sebagai lokasi karena mewakili perjalanan panjang sejarah Jakarta. “Lokasi ini juga dipilih karena menarik banyak wisatawan domestik dan mancanegara,” jelas Tamary.
Dengan tema “Sympony of Jakarta Heritage”, perayaan ini menampilkan berbagai pertunjukan seni, termasuk konser angklung oleh Saung Udjo, pertunjukan orkestra angklung, dan kolaborasi dengan kesenian Betawi seperti gambang kromong, tari topeng, dan ondel-ondel.
Permainan tradisional, termasuk egrang dan booth angklung interaktif, juga menjadi bagian dari acara.
Tamary menekankan bahwa acara ini mencerminkan komitmen Jakarta untuk menghidupkan kembali warisan budaya di ruang publik.
Angklung ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO pada 16 November 2010. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Angklung Sedunia.
Sebelumnya, pada 16 November 2025, Disbud DKI bersama mitra strategis menggelar acara serentak di beberapa lokasi ikonik kota, termasuk Bundaran HI, dalam rangka perayaan Hari Angklung Sedunia.