Perdana Menteri NATO Mengatakan Umat Kristen Kulit Putih Eropa Digantikan oleh Imigran Muslim

loading…

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menyebut sebuah faksi “militan” yang terdiri dari politisi pro-imigran sedang mengawasi penggantian umat Kristen kulit putih Eropa dengan imigran Muslim. Foto/REUTERS

BRUSSEL – Perdana Menteri (PM) Hongaria Viktor Orban mengatakan bahwa sebuah faksi “militan” yang terdiri dari politisi pro-imigran sedang mengawasi penggantian umat Kristen kulit putih Eropa dengan imigran Muslim.
“Di Eropa terjadi pertukaran populasi, jumlah orang kulit putih, Kristen, tradisional – katakanlah Eropa – semakin berkurang, jumlah migran yang diimpor dan jumlah orang dari komunitas Muslim yang lahir di sini meningkat secara radikal,” kata PM negara NATO tersebut kepada Radio Kossuth, yang dilansir Russia Today, Minggu (23/6/2024).
Menurut Orban, politisi Jerman Manfred Weber, yang memimpin Partai Rakyat Eropa (EPP) yang berhaluan tengah di Parlemen Eropa, adalah “beelzebub” yang bertanggung jawab atas dugaan skema ini.
Dia menambahkan bahwa Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen adalah “gadis pelayan kecil” Weber. bertanggung jawab atas pelaksanaannya.
EPP tetap menjadi faksi terbesar di Parlemen Eropa setelah pemilu bulan lalu. Namun, kemunduran Partai Hijau dan melonjaknya dukungan terhadap partai-partai sayap kanan telah membuat EPP memiliki lebih sedikit sekutu untuk mengesahkan undang-undang.
Beberapa jam setelah dia berbicara dengan Radio Kossuth, Orban terbang ke Berlin untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz menjelang Hongaria mengambil alih jabatan presiden bergilir Dewan Uni Eropa bulan depan.
PM Hongaria itu mengeklaim bahwa Jerman sangat menderita akibat imigrasi. “Tidak lagi seperti sepuluh tahun yang lalu,” katanya.
“Jerman ini bukan lagi Jerman yang dicontohkan oleh orang tua dan kakek-nenek kita,” katanya, seraya menambahkan bahwa negara tersebut sekarang menjadi dunia multikultural yang penuh warna dan berubah di mana para migran bukan lagi tamu.
Sikap Hongaria terhadap imigrasi telah menempatkan negara tersebut berselisih dengan Brussels dalam beberapa tahun terakhir.

MEMBACA  Peningkatan Vaksinasi Rabies untuk Hewan Peliharaan di Bali, Indonesia