Perayaan tahun baru RI: Potret harmoni dalam keberagaman

Indonesia tidak hanya merayakan Tahun Baru pada 1 Januari setiap tahun. Beberapa perayaan Tahun Baru yang berbeda diamati di negara ini berdasarkan budaya dan adat yang berbeda, yang mencerminkan harmoni dalam keragaman bangsa.

Selain Tahun Baru Gregorian, yang jatuh pada 1 Januari, ada juga Tahun Baru Imlek; Hari Nyepi, yang diperingati oleh umat Hindu; Tahun Baru Islam, atau 1 Muharram; dan “Satu Suro,” hari pertama dalam kalender Jawa.

Masing-masing perayaan memiliki tradisi sendiri, mulai dari festival, parade, hingga momen doa yang khidmat.

Dan setiap perayaan menunjukkan bagaimana rakyat Indonesia hidup dalam harmoni di tengah keragaman, merayakan perjalanan waktu dengan cara mereka sendiri.

Berikut adalah fitur unik dari berbagai perayaan tahun baru di negara ini:

1. Tahun Baru Gregorian

Tahun Baru Gregorian, yang dirayakan pada 1 Januari setiap tahun, adalah salah satu hari yang paling dinantikan oleh orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Perayaan Malam Tahun Baru pada 31 Desember biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan kembang api, hitungan mundur menuju tahun baru, dan acara hiburan.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, pemerintah setempat biasanya mengadakan “festival rakyat” dengan panggung musik, pasar malam, dan atraksi budaya untuk menyambut tahun baru.

Sementara itu, masyarakat di daerah merayakannya sesuai dengan tradisi lokal, seperti berdoa bersama, mengadakan parade obor, dan berbagi makanan.

Tahun Baru Gregorian bukan hanya perayaan, tetapi juga pengingat untuk merenungkan pencapaian tahun sebelumnya dan membuat resolusi baru untuk tahun baru.

Meskipun momen ini dirayakan dengan cara yang berbeda oleh orang-orang yang berbeda, semangatnya sama, yaitu menyambut awal yang baru dengan harapan dan optimisme.

2. Tahun Baru Imlek

Tahun Baru Imlek atau Tionghoa, yang disebut “imlek” secara lokal, dirayakan oleh etnis Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Ini adalah momen penuh tradisi dan doa.

MEMBACA  Masih memutuskan dari mana akan kontes: Kaesang tentang Pilkada

Perayaan ini menandai awal tahun baru menurut kalender lunar Tionghoa.

Di Indonesia, perayaan Tahun Baru Imlek dipenuhi dengan tradisi seperti memberi amplop merah (angpao), menikmati hidangan khusus seperti kue ketan (nian gao) dan salad ikan (yu sheng), serta menonton pertunjukan tarian singa.

Pada kesempatan ini, keluarga berkumpul untuk makan bersama, dan dengan demikian memperkuat ikatan keluarga.

Pada imlek, etnis Tionghoa juga mengunjungi kuil untuk mempersembahkan doa untuk kesehatan, kebahagiaan, dan keberuntungan di tahun baru.

3. Nyepi

Nyepi, tahun baru menurut kalender Shaka, dirayakan oleh umat Hindu di Indonesia, khususnya di Pulau Bali. Ini memiliki makna spiritual bagi mereka.

Berbeda dari perayaan Tahun Baru lain yang penuh keramaian, Nyepi diamati dalam keheningan total, dengan orang-orang menghentikan semua aktivitas sehari-hari untuk fokus pada introspeksi diri dan penyucian.

Nyepi dimulai dengan serangkaian ritual, seperti ritual Melasti untuk penyucian dan parade Ogoh-Ogoh, yang melambangkan pengusiran energi negatif.

Pada hari Nyepi, seluruh pulau Bali berhenti: bandara ditutup, jalan-jalan sepi, dan penggunaan listrik sering dikurangi.

Nyepi juga merupakan simbol dari harmoni antara manusia dan alam, introspeksi, dan kehidupan.

Tradisi ini membuat Bali istimewa dan mengajarkan nilai-nilai universal tentang perdamaian dan keseimbangan.

4. Tahun Baru Islam atau 1 Muharram

Tahun Baru Islam, yang jatuh pada 1 Muharram atau bulan pertama dalam kalender lunar Islam, dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

1 Muharram lebih dari sekadar pergantian tahun, karena juga memperingati hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah, sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam.

Di Indonesia, perayaan 1 Muharram biasanya dipenuhi dengan aktivitas keagamaan seperti berdoa bersama, menghadiri khotbah agama, bergabung dalam parade obor, dan tasyakuran atau berkumpul untuk makan bersama untuk mengungkapkan rasa syukur atas berkat.

MEMBACA  Untuk mengakhiri TB pada tahun 2030, perlu persiapan vaksin pada tahun 2028: menteri

Beberapa daerah mengamati tradisi unik pada hari ini, seperti Kirab Suro di Jawa, yang memiliki nuansa spiritual dan budaya.

Tahun Baru Islam adalah saat introspeksi dan refleksi diri, memperkuat iman, dan melakukan lebih banyak perbuatan baik.

5. Satu Suro

Satu Suro, yang bersamaan dengan 1 Muharram, adalah awal tahun dalam kalender Jawa.

Ini dianggap sebagai momen suci untuk introspeksi diri.

Di Jawa, perayaan Satu Suro terkait dengan upacara tradisional seperti menjalankan puasa, meditasi, dan ngalap berkah, atau upaya mencari berkah dan kebaikan.

Salah satu tradisi terkenal selama Satu Suro adalah prosesi pusaka dari Istana Yogyakarta dan Surakarta, di mana pusaka istana diparadekan dan kemudian disucikan.

Pada hari ini, beberapa orang juga menjalankan meditasi diam, atau menahan diri dari berbicara, sepanjang malam sebagai bentuk introspeksi diri.

Satu Suro mengajarkan pentingnya harmoni, introspeksi, dan menjaga hubungan dengan leluhur, alam, dan Tuhan.

Momen-momen tahun baru menawarkan harapan baru. Baik melalui kegembiraan, keheningan, atau introspeksi diri, setiap bentuk perayaan mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai masyarakat Indonesia.

Translator: Putri H, Kenzu
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025