Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat kolaborasi antar sektor untuk mencegah sampah bocor ke laut dan membangun ekosistem laut yang sehat serta bebas sampah di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP, Ahmad Aris, menyatakan program Laut Sehat Bebas Sampah (Sebasah) dirancang untuk menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat.
Program ini berfokus pada pengendalian sampah dari tiga sumber utama: sungai, pelabuhan, dan pesisir pulau-pulau kecil.
Untuk mencapainya, KKP bekerja sama dengan para pemangku kepentingan konservasi, termasuk Universitas Maritim Raja Ali Haji, Yayasan Jaga Mangkai, dan Anambas Foundation.
Kolaborasi ini mencakup kampanye kesadaran, inisiatif pengelolaan sampah, dan kegiatan pengurangan sampah di Desa Keramut, salah satu desa konservasi di Kabupaten Anambas.
Kegiatan ini digelar dalam rangka HUT ke-26 KKP dan memperingati World Clean Up Day, yang menyoroti pentingnya pendekatan holistik dan multi-pihak.
“Kami bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mencegah kebocoran sampah dari hulu ke hilir, dan menciptakan ekosistem laut yang sehat dan berkelanjutan,” kata Aris.
Program ini juga memberikan edukasi bagi pelajar, nelayan, dan kelompok perempuan setempat (PKK), memperkenalkan bahaya sampah laut bagi kehidupan laut, mendorong pemilahan dan pengurangan sampah, serta mempromosikan pemanfaatan sampah untuk produk bernilai tambah seperti bioplastik dari kulit mangrove.
Warga juga turut serta dalam aksi bersih-bersih di Desa Keramut dan Pulau Mangkai.
Kepala Desa Keramut, Markos, mengakui bahwa pengelolaan sampah telah lama menjadi tantangan bagi warga setempat. Namun, program ini telah memberdayakan masyarakat untuk mengelola sampah dengan lebih baik dan mengubahnya menjadi sumber daya yang berguna.
Devina Mariskova, Ketua Anambas Foundation, mengatakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat di 32 desa telah menunjukkan hasil nyata, mulai dari bank sampah keliling hingga penggunaan mesin pres—inisiatif yang bertujuan mengubah sampah menjadi sumber pendapatan keluarga.
Menggemakan pandangan ini, Ketua Yayasan Jaga Mangkai, Murwanto, menekankan bahwa pendekatan partisipatif adalah kuncinya.
“Kami percaya perubahan harus dimulai dari masyarakat. Dengan kesadaran kolektif, Anambas dapat menjadi model kawasan konservasi yang bersih dan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala UPT Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, Rahmad Hidayat, melaporkan bahwa inisiatif tersebut telah berhasil mencegah 407,1 kilogram sampah bocor ke laut sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan laut.
“Laut yang sehat hari ini adalah pondasi untuk masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan kembali bahwa penanganan sampah laut merupakan salah satu prioritas utama kementerian. Ia menekankan bahwa menjaga laut tidak hanya membutuhkan regulasi tetapi juga kolaborasi nyata antara akademisi, komunitas, dan organisasi akar rumput.