Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Alue Dohong, mengatakan bahwa air berpotensi menjadi pemicu perang di masa depan antara negara-negara di seluruh dunia. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh berkurangnya kapasitas air akibat terancamnya oleh masalah lingkungan, paparnya.
“Air tawar bisa menjadi faktor pemicu perang di masa depan. Di masa depan, kita tidak akan (berperang) karena minyak bahan bakar, melainkan karena air,” ujarnya dalam Konvensi Badan Keahlian Lingkungan di sini pada hari Sabtu.
Dohong menjelaskan bahwa saat ini, ketersediaan air semakin berkurang dari waktu ke waktu, seperti yang terlihat di Afrika, dan dimungkinkan hal ini juga akan terjadi di negara-negara lain.
Ketersediaan air bersih dan layak untuk kebutuhan sehari-hari semakin menurun karena lingkungan saat ini didominasi oleh sampah dan polutan lainnya, yang mencemari sungai, tanah, dll.
“Jika orang ingin bertahan hidup, mereka harus minum, jadi daripada mati, saya akan berjuang untuk mendapatkan air itu,” ujarnya untuk menggambarkan pendapatnya.
Ia kemudian mengingatkan bahwa para insinyur lingkungan menghadapi tantangan untuk mengembangkan mekanisme pengelolaan air, terutama yang terjangkau bagi masyarakat.
Para insinyur memiliki tugas untuk membersihkan sumber air di tempat-tempat yang saat ini menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah, agar potensi perang terkait air tidak pecah di masa depan.
“Insinyur dapat mengembangkan pengolahan air yang terjangkau. Air ini sangat penting. Air sungai dan air tanah sekarang penuh dengan sampah dan pembuangan limbah,” ujar wakil menteri tersebut.
Berita terkait: WWF akan membantu percepat akses air bersih: kementerian
Berita terkait: Indonesia akan mengajukan proyek senilai US$9,6 miliar di WWF
Penerjemah: Astrid Faidlatul Habibah, Katriana
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2024