Mataram (ANTARA) – Nusa Tenggara Barat (NTB) memegang posisi yang sangat strategis dalam sistem migrasi burung global. Wilayah ini menjadi persinggahan penting di salah satu jalur terbang terbesar dunia karena kekayaan ekosistem dan lokasinya di khatulistiwa, kata seorang ahli ekologi satwa.
Prof. I Wayan Suana, pakar ekologi satwa dari Universitas Mataram, mengatakan bahwa Pulau Sumbawa dan Pulau Moyo berada di Jalur Terbang Asia Timur-Australasia (EAAF). Ini adalah rute migrasi utama yang membentang dari Siberia dan Asia Timur hingga Australia dan Selandia Baru.
Setiap tahunnya, jutaan burung melakukan perjalanan sepanjang jalur ini untuk menghindari musim dingin yang ekstrem. NTB menawarkan tempat istirahat dan mencari makan yang sangat penting selama perjalanan mereka.
Beragam ekosistem di provinsi ini — termasuk hutan bakau, garis pantai, sabana, dan hutan hujan tropis — menyediakan habitat penting yang mendukung migrasi jarak jauh burung-burung tersebut.
Selain hanya singgah sebentar, beberapa burung migran memperpanjang masa tinggalnya di NTB karena kondisi yang mendukung dan persediaan makanan yang melimpah.
Pulau-pulau kecil di sekitar NTB juga berfungsi sebagai pos pemeriksaan alami selama migrasi, yang meningkatkan nilai ekologi provinsi ini.
Salah satu lokasi yang menonjol adalah kawasan Ekowisata Mangrove Bagek Kembar di Sekotong, Lombok Barat, yang menarik burung pantai seperti kedidi dan gajahan. Saat air laut surut, teluk yang luas tersebut berubah menjadi area mencari makan alami.
Burung pemangsa, termasuk raptor, juga melintas dan beristirahat di daerah perbukitan Mentigi di Lombok utara.
Pola migrasi utara–selatan ini mencerminkan respons burung terhadap perubahan musim. Spesies dari utara menuju ke selatan saat musim dingin, dan burung dari selatan bergerak ke utara ketika suhu turun di habitat aslinya.
Prof. Suana mencatat bahwa kelangkaan makanan selama musim dingin mendorong burung untuk bermigrasi guna bertahan hidup.
Dia menekankan bahwa wilayah tropis seperti NTB sangat penting bagi kelestarian keanekaragaman hayati global, terutamanya karena perubahan iklim semakin mengganggu rute migrasi burung.
Habitat alami di NTB, tambahnya, berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi spesies migran yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrem.
Berita terkait: NTB Diproyeksikan Jadi Destinasi Ekowisata Pengamatan Burung
Berita terkait: Negara-negara Asia Timur dan Australasia Bahas Migrasi Burung
Penerjemah: Primayanti
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025