Penyakit autoimun meningkat setelah pandemi, kata ahli

Tangerang (ANTARA) – Spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi dan imunologi di Rumah Sakit Siloam Lippo Village Tangerang, Steven Sumantri, menyatakan bahwa penyakit autoimun telah meningkat setelah pandemi COVID-19.

\”Jumlah kasus penyakit autoimun di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, telah meningkat drastis, terutama setelah pandemi, dan seringkali hal ini tidak disadari, sehingga deteksinya lambat,\” ujarnya di sini pada hari Kamis.

Penyakit autoimun juga semakin meningkat, tetapi karena kebanyakan orang tidak menyadarinya, penyakit ini termasuk dalam kategori pandemi diam-diam.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa penyakit autoimun dapat berkembang dalam siapa pun, tanpa memandang usia atau jenis kelamin, meskipun lebih sering ditemukan pada wanita usia reproduktif.

Penyakit autoimun, seperti sindrom lupus, rematik arthritis, psoriasis, myasthenia gravis, tiroiditis Hashimoto, dan sklerosis ganda, adalah kelompok penyakit yang kompleks.

Penyakit-penyakit ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit, malah menyerang sel-sel sehat, karena secara keliru menganggapnya sebagai ancaman.

Ada berbagai penyebab penyakit autoimun, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup orang.

Faktor lingkungan, seperti paparan polusi di daerah industri, dapat berkontribusi pada penyakit autoimun.

Orang-orang yang tinggal di daerah ini mungkin menderita penyakit autoimun yang dipicu oleh polutan di udara, air, dan lingkungan.

\”Seperti pasien dari daerah Cilegon dan daerah industri di Serang yang kondisinya saya rawat, mereka membutuhkan perawatan lebih,\” ungkapnya.

\”Beberapa gejala autoimun umum yang perlu diwaspadai meliputi kelemahan, kelelahan kronis, nyeri otot, demam ringan, kesemutan, benjolan di seluruh tubuh, pembengkakan di area tertentu, kerontokan rambut, dan kulit kemerahan,\” katanya.

Sebagai langkah pencegahan, ia menyarankan agar orang mengadopsi gaya hidup sehat, seperti dengan berolahraga secara teratur, mendapatkan istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan meningkatkan asupan buah dan sayuran.

MEMBACA  Mazhab Saya adalah Persaingan, Bukan Pemberian Jabatan

\”Sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika kondisi berulang dan persisten selama lebih dari enam minggu,\” ujarnya.

Ia mencatat bahwa pengobatan autoimun bervariasi sesuai dengan jenis dan tingkat dampak penyakit.

\”Ini bisa termasuk obat anti-inflamasi, steroid, imunosupresan, dan terapi biologis,\” katanya.

Berita terkait: Indonesia mendorong inklusivitas dalam negosiasi perjanjian pandemi

Berita terkait: Gejala demam berdarah berubah pada penyintas COVID-19: Kemenkes

Penerjemah: Achmad Irfan, Katriana
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024