Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, Dyah Roro Esti Widya Putri, telah menekankan perlunya implementasi yang inklusif dan simultan dari Pembaruan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA) di seluruh negara anggota.
Pendekatan seperti itu, katanya, penting untuk memastikan bahwa manfaat dari pembaruan – yang dirancang untuk membuat ATIGA lebih relevan – dapat dinikmati secara adil di seluruh wilayah.
“Indonesia berkomitmen untuk memastikan bahwa Pembaruan ATIGA dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua negara ASEAN,” kata Putri dalam pertemuan online Komite Negosiasi Perdagangan ATIGA (TNC), seperti yang dilaporkan dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat.
Putri juga mencatat bahwa Indonesia sedang bekerja untuk memastikan proses ratifikasi sejalan dengan ketentuan yang disepakati oleh semua pihak.
Selama pertemuan, isu-isu kunci dibahas untuk membantu mencapai target menyelesaikan negosiasi.
Pembaruan bertujuan untuk memodernisasi kerangka kerja ATIGA, membuatnya lebih memfasilitasi bagi bisnis dan responsif terhadap tantangan regional dan global.
Ambisi ini tercermin dalam bab-bab baru yang diusulkan yang mencakup topik-topik seperti perdagangan dan lingkungan, barang-barang remanufaktur, ekonomi sirkular, konektivitas rantai pasok, perdagangan selama krisis kemanusiaan, dan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menurut Putri, proses penyusunan sudah 99 persen selesai, dengan 15 dari 17 bab diselesaikan.
Putri mendesak semua pihak yang sedang bernegosiasi untuk mengakhiri diskusi tepat waktu untuk mengumumkan penyelesaian negosiasi pada Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN di bulan September.
Perjanjian tersebut diharapkan akan ditandatangani selama KTT ASEAN ke-47, yang dijadwalkan pada bulan Oktober atau November.
Berita terkait: Menteri ASEAN mendesak percepatan integrasi perdagangan regional
Berita terkait: Indonesia mendorong penandatanganan pembaruan ATIGA pada 2025
Penerjemah: Maria Cicilia, Raka Adji
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2025