Jakarta (ANTARA) – TNI Angkatan Udara (TNI-AU) menyatakan belum mendeteksi adanya aktivitas pesawat asing di bandara pribadi di Morowali, Sulawesi Tengah. Pernyataan ini menanggapi komentar Menteri Pertahanan mengenai “anomali” dalam operasional fasilitas tersebut.
“Berdasarkan pemantauan kami, tidak ada aktivitas pesawat asing di bandara itu,” kata Asisten Teritorial Kasau, Marsekal Pertama Palito Sitorus, pada Kamis.
Ia menambahkan bahwa TNI-AU akan terus memperkuat pengawasan di bandara yang dioperasikan oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan digunakan untuk mengangkut pekerja serta logistik perusahaan.
IMIP adalah kawasan industri nikel terpadu yang mencakup proses hulu hingga hilir dan memproduksi bahan seperti baja tahan karat dan baja karbon.
ANTARA baru-baru ini mengunjungi lokasi tersebut bersama delegasi TNI. Hasil pengamatan menunjukkan tidak adanya petugas pemerintah, seperti bea cukai atau personel keamanan, yang bertugas di bandara itu.
Pada 19 November, TNI menggelar latihan militer bersama di bandara tersebut guna meningkatkan kemampuan dalam mencegah operasi penambangan ilegal. Dalam kunjungannya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memperingatkan bahwa ketidakberesan dapat merugikan negara, terutama dalam pengelolaan sumber daya alam.
Ia mencontohkan pembangunan fasilitas transportasi tanpa melibatan pemerintah.
“TNI sedang melakukan latihan di sebuah bandara di mana tidak ada personel negara. Ini merupakan sebuah anomali dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Sjamsoeddin mengatakan situasi ini dapat merugikan negara karena pemerintah tidak dapat memantau secara langsung aktivitas di Bandara IMIP. Ia menekankan bahwa Indonesia tidak mengizinkan adanya “negara di dalam negara” dan memerintahkan TNI untuk memperketat pengawasan terhadap semua fasilitas transportasi guna mencegah aktivitas ilegal.
Berita terkait: Negara tidak boleh kalah melawan pertambangan timah ilegal: Menhan
Berita terkait: Prabowo perintahkan menteri perkuat aksi melawan penambangan ilegal
*Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Anton Santomo
Hak Cipta © ANTARA 2025*