Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat telah mengerahkan drone thermal untuk membantu mencari korban banjir bandang di Salareh Aia, Kabupaten Agam.
Kepala Resort Konservasi Maninjau II BKSDA Sumbar, Ade Putra, mengatakan pada hari Sabtu bahwa drone thermal dikerahkan buat membantu menemukan korban yang masih hilang.
“Kami membantu tim gabungan dalam pencarian korban,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa drone thermal bekerja dengan mendeteksi panas tubuh, sehingga bisa mengidentifikasi keberadaan korban. Setelah terdeteksi, drone bisa turun untuk mendekati objek.
“Kami akan langsung laporkan ke Basarnas jika menemukan korban, untuk konfirmasi identitas. Tapi, pada siang hari kami mengalami kesulitam mendeteksi jenazah dan harus mengandalkan drone biasa, karena kami membawa dua drone,” jelas Putra.
Menurutnya, drone thermal biasanya dipakai untuk memantau keberadaan harimau sumatra ketika ada interaksi negatif dengan manusia.
Drone thermal ini sangat efektif mendeteksi panas tubuh, terutamma pada malam hari.
“Kalau terdeteksi, layarnya akan berwarna kuning kemerahan. Kami fokus pakai drone thermal pada malam hari,” katanya.
BKSDA telah mengirim tim ke lokasi, bersama dengan Tim Patroli Desa (Pagari) Salareh Aia dan mahasiswa dari Fakultas Kehutanan Universitas Riau.
“Kami berencana mendirikan posko di lokasi untuk membantu pencarian korban. Saat ini, sekitar 78 orang dilaporkan masih hilang di Salareh Aia,” tambahnya.
Hingga Sabtu, pemerintah provinsi masih terus mencari 85 korban banjir dan tanah longsor yang masih dinyatakan hilang di beberapa daerah.
“Hingga Sabtu siang, 88 orang telah meninggal, dan 85 lainnya masih hilang,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Sumatra Barat, Arry Yuswandi.
Dari 16 kabupaten dan kota yang terdampak, 10 daerah melaporkan tidak ada korban jiwa atau orang hilang. Sementara itu, enam wilayah melaporkan korban jiwa atau orang hilang, dengan jumlah korban tertinggi tercatat di Kabupaten Agam.
Rinciannya, Kabupaten Agam melaporkan 74 korban meninggal, dengan 78 orang masih hilang. Kota Padang Panjang melaporkan tujuh korban jiwa, Kota Padang lima korban, dan baik Kabupaten Pasaman Barat maupun Kota Solok masing-masing mencatat satu korban jiwa.