Penelitian BRIN tentang makanan, habitat untuk konservasi orangutan

BRIN Indonesia sedang menganalisis distribusi makanan dan kesesuaian habitat orangutan Sumatra untuk mengembangkan strategi konservasi dan pelestarian primata tersebut. Penelitian bertujuan untuk mempelajari distribusi orangutan Sumatra dan mengembangkan model kesesuaian habitat dan distribusi makanan. Tujuannya juga untuk memetakan karakteristik lanskap yang dipilih oleh satwa liar untuk tindakan konservasi dan pengembangan. “Kami memanfaatkan data spasial dan informasi yang ada tentang keberadaan orangutan untuk menghasilkan prediksi mengenai area dengan potensi habitat terbaik,” kata peneliti pascadoktoral dari Pusat Penelitian Zoologi Terapan BRIN, Salmah Widyastuti. Penelitiannya menggunakan model dengan algoritma pembelajaran mesin untuk memprediksi distribusi spesies dan menilai kesesuaian habitat. Ini juga menggunakan kombinasi algoritma, pembelajaran mesin, atau ensemble untuk mengembangkan model dengan akurasi terbaik. “Model ini dapat membantu memprediksi area yang berpotensi menjadi distribusi alami orangutan yang tidak memiliki informasi tentang keberadaan mereka, sehingga program konservasi dapat lebih efektif,” jelasnya. Misalnya, ia menerapkan model dalam penelitian area konservasi Taman Nasional Gunung Leuser, yang merupakan habitat orangutan. Membuat model kesesuaian habitat orangutan Sumatra di taman nasional melibatkan penggunaan distribusi tanaman pakan sebagai prediktor. Para peneliti memprediksi distribusi tujuh jenis makanan yang dikonsumsi oleh orangutan dari 221 daftar makanan yang diidentifikasi di Taman Nasional Gunung Leuser dan buffer-nya, termasuk Calamus sp, Garcinia penangiana, Ixora insularum, Lithocarpus korthalsii, Litsea castanea, Syzygium formosum, dan Pometia pinnata. “Data tentang komposisi makanan ini sangat penting untuk memahami kebutuhan gizi mereka,” pungkas Widyastuti. Menurutnya, ada hubungan antara kepadatan populasi orangutan dan ketersediaan pakan di habitat mereka. Widyastuti mengatakan bahwa analisisnya menemukan 1.144 titik keberadaan orangutan Sumatra yang berasal dari pertemuan langsung, rekaman jebakan kamera, dan penemuan sarang yang digunakan dalam membangun model. Jika hasil survei lokasi yang diteliti tidak menunjukkan keberadaan orangutan, hal ini dapat diteliti lebih lanjut sebagai kandidat lokasi pelepasan yang cocok. Dia mengatakan optimis bahwa dengan memanfaatkan teknologi terbaru dan melalui kolaborasi antar lembaga, upaya penelitian dapat memberikan kontribusi signifikan untuk mendukung konservasi orangutan Sumatra. “Kesadaran dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan keberlanjutan spesies yang terancam punah ini,” tambahnya. Berita terkait: Populasi orangutan meningkat di Taman Nasional Sebangau Berita terkait: Menteri Indonesia dan Norwegia mengamati orangutan di Gunung Leuser Translator: Farhan Arda Nugraha, Yashinta Difa Editor: Rahmad Nasution Copyright © ANTARA 2024

MEMBACA  Once Mekel Menarik Perhatian Khusus di Kuala Lumpur Bukan Hanya dalam Konser ini

Tinggalkan komentar