Bandar Lampung (ANTARA) – Seorang peneliti di Institut Teknologi Sumatera di Lampung telah mengidentifikasi senyawa dalam tanaman murbei yang berpotensi untuk pengobatan kanker serviks, menurut pernyataan yang dirilis Selasa.
“Saya menemukan senyawa Kuwanon J dalam tanaman murbei (*Morus shalun*), yang menunjukkan potensi sebagai agen anti-kanker serviks,” kata Dr. Rahmat Kurniawan, dosen Program Studi Kimia dan anggota Kelompok Riset Kimia Biologi di Fakultas Sains universitas itu.
Kurniawan menjelaskan bahwa Kuwanon J adalah adduk Diels-Alder, terbentuk melalui proses biotransformasi dengan enzim Diels-Alderase.
Uji laboratorium awal menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks, artinya bisa membunuh atau menghambat pertumbuhannya.
“Penelitian ini menggunakan kombinasi teknik kultur jaringan tumbuhan, jamur, dan bakteri untuk mengekstrak senyawa bioaktif,” ujarnya.
Dia juga menyebutkan bahwa tanaman murbei menghasilkan senyawa fenolik unik dengan rantai isoprenil, yang berperan sebagai prekursor pembentuk cincin metil sikloheksena dalam senyawa Kuwanon J.
Tanaman murbei, bagian dari keluarga Moraceae, banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia dan Asia Tengah.
Selain meneliti murbei, Kurniawan juga mempelajari beberapa senyawa alami lain yang berpotensi anti-kanker, seperti paclitaxel dari tusam (*Taxus sumatrana*), senyawa fitosterol dari minyak bakau (*Rhizophora apiculata*), amirin dari bunga sikat botol (*Callistemon citrinus*), dan lapachol dari Tabebuya (*Tabebuia aurea*).
“Pentingnya menggunakan keanekaragaman hayati lokal untuk penemuan obat tidak bisa dianggap remeh. Senyawa alami umumnya lebih aman dengan efek samping lebih sedikit dibanding obat sintetis,” tegasnya.
Berita terkait: Pemerintah dukung kemitraan AI untuk lawan kanker secara nasional
Berita terkait: Pemerintah dorong skrining berbasis AI untuk kurangi kematian kanker dan ibu hamil
Penerjemah: Dian Hadiyatna, Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025