Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) telah menetapkan pelatihan pemikiran komputasional sebagai prioritas nasional. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan memperkuat mutu pendidikan di seluruh Indonesia.
Direktur GTK PAUD dan Dikmas Kemdikdasmen, Suparto, menekankan bahwa peningkatan kompetensi guru merupakan langkah strategis untuk memajukan hasil pendidikan nasional. Ia menyatakan bahwa guru PAUD memegang peran kunci dalam mengembangkan keterampilan berpikir logis, sistematis, dan kreatif pada anak.
“Pemikiran komputasional ini mendukung empat aspek utama kompetensi mengajar, yaitu profesional, pedagogis, sosial, dan personal,” ujarnya.
Melalui pendekatan berbasis bermain, para guru belajar merancang materi serta penilaian yang dapat menumbuhkan kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematis dan kreatif pada anak.
Pelatihan ini melibatkan delapan guru PAUD dari Kudus dan Sumbawa Barat, dua kabupaten yang diakui sebagai perintis penerapan pemikiran komputasional di pendidikan usia dini.
Modul pelatihan dikembangkan di bawah pengawasan Dr. Irma Yuliantina dari Badan Akreditasi Nasional (BAN PDM) dan telah ditinjau oleh Bebras Indonesia, sebuah inisiatif internasional yang mempromosikan pemikiran komputasional.
Sejak tahun 2023, lebih dari 700 guru dan kepala sekolah dari 211 lembaga PAUD telah mengadopsi pemikiran komputasional dalam kegiatan sehari-hari. Program ini didukung oleh Dinas Pendidikan Kudus, Pusat Belajar Guru Kudus, serta Bakti Pendidikan Djarum Foundation.
Di Sumbawa Barat, sebanyak 135 guru dari 29 lembaga telah menerapkan pendekatan yang sama dengan dukungan dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
Felicia Hanitio, Wakil Direktur Program Bakti Pendidikan Djarum Foundation, menjelaskan bahwa pelatihan ini membantu meluruskan miskonsepsi bahwa pemikiran komputasional adalah mata pelajaran baru. “Ini sebenarnya adalah cara berpikir terstruktur yang dikembangkan melalui rutinitas sehari-hari,” jelasnya.
Wakil Presiden PT Amman Mineral untuk Dampak Sosial, Priyo Pramono, menambahkan bahwa pemikiran komputasional membangun pola pikir adaptif yang sangat penting untuk mewujudkan Visi Emas Indonesia 2045.
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, menegaskan bahwa kolaborasi antar daerah dapat memperluas manfaat program ini secara nasional.