Pendidikan Islam Kunci Membangun Keberdayaan Etika: Menteri

Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Indonesia, Pratikno, pada Selasa (18/3) menyerukan perlunya peran yang lebih kuat dari pendidikan Islam untuk membantu masyarakat menghadapi perubahan teknologi yang cepat dan tantangan etika yang semakin dalam.

“Islam harus menegaskan kehadirannya dengan mengambil posisi yang jelas dalam menghadapi tantangan ini, dan pendidikan Islam adalah penggerak utama dari proses tersebut,” ujar Pratikno dalam forum Tinjauan dan Desain Pendidikan Islam yang diselenggarakan Kementerian Agama di Jakarta.

Dia mengatakan dunia sedang memasuki era yang ditandai oleh volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (VUCA), dengan ciri perubahan yang cepat, disinformasi yang meluas, serta kesenjangan yang semakin besar antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam latar belakang tersebut, Pratikno mendorong para pendidik, akademisi, dan pembuat kebijakan untuk mengambil inspirasi dari Zaman Keemasan Islam, ketika ilmu pengetahuan, penelitian, pengetahuan, dan seni dipandang sebagai investasi jangka panjang bagi peradaban, bukan sebagai pencarian yang terisolasi.

Dia menekankan bahwa cendekiawan Muslim pada periode itu tidak hanya menyerap ide-ide dari tradisi Yunani, Persia, dan India, tetapi juga memberikan kontribusi fundamental bagi ilmu pengetahuan modern.

Sebagai contoh, dia menyebutkan konsep algoritma dan aljabar, yang dikembangkan oleh cendekiawan abad kesembilan, Al-Khwarizmi, dan tetap menjadi inti dari matematika dan komputasi modern.

“Era itu tidak mengenal pemisahan antara pengetahuan dan nilai, sains dan spiritualitas, atau inovasi dan etika,” kata Pratikno, seraya menambahkan bahwa integrasi semacam itu semakin relevan saat ini.

Berita terkait: Prabowo telah tandatangani keputusan pembangunan 10 universitas Islam baru

Dia menyatakan bahwa pendidikan Islam, bersama dengan prinsip-prinsip etika yang diusungnya, dapat menawarkan bimbingan moral untuk tantangan masa kini dan mendatang, termasuk teknologi deepfake, sistem kecerdasan buatan yang bias, dan kapitalisme pengawasan.

MEMBACA  Transformasi Digital Membangun Sistem Pembayaran Nasional Mandiri

Pendidikan Islam, tambahnya, harus berevolusi menjadi kerangka intelektual yang dinamis yang mampu membantu membentuk masa depan yang adil, etis, dan berkelanjutan, bukan tetap statis.

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengamini pernyataan tersebut, dengan mengatakan bahwa agama dan kemajuan manusia harus saling memperkuat, bukan melemahkan.

“Agama seharusnya tidak pernah membatasi kreativitas. Agama berfungsi sebagai kompas moral yang menuntun orang untuk menjadi kreatif, beradab, dan bertanggung jawab,” ujar Nasaruddin.

Dia menyerukan kurikulum pendidikan yang menekankan kasih sayang, saling menghargai, dan peduli terhadap lingkungan, karena nilai-nilai tersebut sangat penting untuk menghadapi perubahan teknologi tanpa kehilangan nilai kemanusiaan.

Berita terkait: Sembilan puluh delapan guru Pendidikan Agama Islam ditugaskan untuk Sekolah Rakyat

Penerjemah: Asep F, Tegar Nurfitra
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025

Tinggalkan komentar