Rabu, 19 November 2025 – 10:48 WIB
Jakarta, VIVA – Pendaftaran untuk layanan telekomunikasi atau kartu SIM yang selama ini pakai data Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga (KK) akan ditingkatkan dengan teknologi pengenalan wajah (face recognition).
Ini dilakukan untuk meningkatkan keamanan digital nasional lewat Peraturan Menteri tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi Melalui Jaringan Bergerak Seluler.
Menurut situs Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), pendaftaran yang cuma pakai data NIK dan KK sering disalahgunakan. Banyak yang pakai identitas orang lain untuk kejahatan, seperti menyebar hoaks, judi online, SMS spam, sampai penipuan.
Rancangan Peraturan Menteri (RPM) ini sebenarnya adalah bagian dari Program Kerja Kemkomdigi untuk Tahun Anggaran 2025. Sebelumnya, berdasarkan peraturan lama, registrasi hanya dilakukan dengan menggunakan NIK dan nomor KK.
Untuk mengikuti amanat undang-undang, pemerintah perlu memberikan sosialisasi sebelum menetapkan keputusan. Karena itu, Kemkomdigi mengundang semua pihak dan masyarakat untuk memberikan masukan terhadap RPM ini dari tanggal 17 sampai 26 November 2025. Masukan bisa dikirim via email ke [email protected].
Berikut isi baru dalam RPM Registrasi Pelanggan:
- Kewajiban registrasi untuk calon pelanggan WNI sekarang berupa:
- Nomor telepon (MSISDN).
- Data Kependudukan, yaitu:
- NIK.
- Data biometrik wajah (face recognition).
- Ketentuan untuk calon pelanggan di bawah 17 tahun dan belum menikah (yang belum punya KTP-el dan rekam biometrik), penyedia layanan wajib menggunakan:
- Nomor telepon (MSISDN) yang dipakai.
- Data NIK calon pelanggan tersebut.
- Data NIK dan data biometrik dari kepala keluarganya, sesuai yang tercantum di Kartu Keluarga.
Halaman Selanjutnya
- Untuk pelanggan yang menggunakan eSIM, wajib menggunakan:
- Nomor telepon (MSISDN).
- NIK dan data biometrik wajah (face recognition).