Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) di Sumatera Selatan telah menghidupkan kembali upacara adat Nyambai Ugan melalui Festival Literasi Sumatera Selatan 2025. Inisiatif tradisional ini bertujuan untuk melestarikan warisan leluhur agar tidak tergerus kemajuan teknologi dan memastikan kelestariannya bagi generasi muda.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) OKU, Ahmad Azhar, mengatakan kabupaten mereka menampilkan berbagai seni tradisional, adat istiadat, dan warisan budaya lokal selama festival yang diadakan di Asrama Haji Palembang tersebut. Acara ini menghimpun peserta dari 17 kabupaten dan kota se-Sumatera Selatan.
Di booth pamerannya, Disarpus OKU menyajikan sejumlah artefak budaya yang terdokumentasi dengan baik, termasuk upacara adat Nyambai Ugan. Tradisi berusia ratusan tahun yang berasal dari era Majapahit di wilayah Ulu Ogan ini tercatat dalam naskah kuno Kitab Remas Undan Selake.
Nyambai Ugan adalah prosesi upacara yang biasanya dilaksanakan pada acara-acara masyarakat seperti panen buah, pernikahan, dan penyambutan tamu kehormatan. Ritualnya dimulai dengan adang-adangan—yaitu penghadangan simbolis tamu menggunakan kain atau tombak—lalu dilanjutkan dengan saling bertukar pantun dan diakhiri dengan tarian Bakhi Nyambai Ogan.
Azhar mencatat bahwa Nyambai Ugan telah dikenal sejak tahun 1843, seperti yang didokumentasikan dalam publikasi penelitian Belanda pada tahun itu. Selama festival, Disarpus juga menampilkan visual narasi yang diiringi musik tradisional, serta kain-kain dan perlengkapan upacara yang digunakan dalam ritual tersebut.
Di antara artefak budaya yang dipamerkan adalah Kain Dudut Laki-laki (panjang 103 cm dan lebar 84 cm) buatan tahun 1960, dan Kain Dudut Perempuan (panjang 144 cm dan lebar 102 cm) yang memiliki pinggiran berwarna hitam dan merah. Pameran juga menampilkan Kain Pelangi, yaitu kain berwarna-warni yang secara tradisional disampirkan di leher tamu kehormatan dalam upacara penyambutan.
Azhar berharap partisipasi OKU dalam Festival Literasi Sumsel ini dapat membantu mempromosikan tradisi Nyambai Ugan lebih luas lagi. Ia menekankan pentingnya menjaga warisan budaya yang telah diarsipkan dengan baik oleh Disarpus OKU.
Bagi masyarakat Ogan Komering Ulu, Nyambai Ugan merupakan wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta dan menjadi media untuk mempererat tali silaturahmi, menjunjung tinggi nilai-nilai adat, serta melestarikan jati diri budaya. Awalnya, Nyambai adalah tarian sakral yang ditampilkan dalam perayaan besar sebagai ungkapan syukur atas berkah dan kemakmuran dari Tuhan.
Tradisi ini juga berfungsi sebagai wadah komunitas yang mempertemukan para pemuda, pemudi, dan masyarakat luas untuk menciptakan kerukunan dan rasa hormat. Setiap gerakan, pola tarian, kostum, dan aksesori upacara mengandung makna simbolis yang mencerminkan penghormatan kepada leluhur dan norma adat. Lebih dari sekadar pertunjukan budaya, Nyambai Ugan merupakan pilar penting dalam menjaga kohesi sosial dan melindungi kearifan lokal Ogan Komering Ulu di tengah derasnya perubahan modern.