Bogor, Jawa Barat (ANTARA) – Menteri Keuangan Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak akan digunakan untuk membayar hutang kereta cepat Jakarta–Bandung yang dikelola oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Ia mengatakan bahwa pembiayaan proyek tersebut harus ditangani oleh dana kekayaan sovereign Danantara Indonesia, yang merupakan super holding dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
PSBI, anak perusahaan dari operator kereta api PT Kereta Api Indonesia (KAI), memegang saham sebesar 60 persen di KCIC.
“Ini harus diatasi oleh Danantara, yang menerima dividen BUMN sekitar Rp80 triliun setiap tahunnya,” kata Sadewa pada Jumat.
Ia mengulangi bahwa pemerintah tidak akan menanggung beban keuangan proyek ini.
Kepala Operasional Danantara, Dony Oskaria, sebelumnya menyatakan bahwa dana tersebut telah menyiapkan dua opsi penyelesaian: mengambil alih infrastrukturnya atau menyuntikkan modal baru.
“Apakah kita akan menambah ekuitas dulu atau memindahkan infrastrukturnya, seperti di proyek kereta api yang lain? Ini adalah dua pilihannya,” ujarnya pada 9 Oktober.
Oskaria mengatakan kereta cepat Whoosh telah memberikan manfaat bagi masyarakat dengan memotong waktu perjalanan, dengan jumlah penumpang harian kini mencapai 30.000.
“Namun, kami juga perhatian dengan keberlanjutan KAI. Karena KCIC adalah bagian dari KAI, kami sedang mencari solusi terbaik,” katanya.
Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan pada Kamis bahwa negosiasi restrukturisasi hutang proyek ini sedang berlangsung dengan pemerintah dan mitra dari Cina untuk mencapai struktur pembiayaan yang lebih berkelanjutan.
Roeslani, yang juga menjabat sebagai CEO Danantara, mengatakan restrukturisasi ini bertujuan untuk stabilitas keuangan jangka panjang melalui reformasi komprehensif untuk mencegah risiko serupa di proyek-proyek mendatang.
Berita terkait: Indonesia’s Whoosh train debt: Danantara, KAI explore rescue plan
Berita terkait: Whoosh high-speed rail hits 10-million passenger mark
*Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025*